Hotel Kalitaman: Dibangun Belanda 100.000 Gulden Konon Ada Papan Bertuliskan Verboden voor honden en inlanders

Hotel Kalitaman tahun 1950 (Dinpersip Salatiga)
Hotel Kalitaman tahun 1950 (Dinpersip Salatiga)
0 Komentar

AWAL abad ke 18, Salatiga dikenal sebagai kota peristirahatan. Para pengusaha dan Pemerintah Hindia Belanda mendirikan kota dan rumah atau vila di Salatiga untuk memantau perkebunan.

Pemandangan alamnya yang dikelilingi Gunung Merbabu, Telomoyo, Gunung Ungaran, serta Danau Rawa Pening. Kota ini disebut De Schoonste Stad van Midden Java julukannya atau kota terindah di Jawa Tengah.

Salatiga selalu menyimpan segudang cerita sejarah yang menarik untuk diulas. Salah satunya keberadaan hotel pertama di Salatiga yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda, Hotel Kalitaman. Lokasinya di kawasan permukiman orang Eropa (Europesche Wijk) yang elit. Hotel ini sangat disukai oleh orang-orang Eropa. Selain lokasinya berada di pusat kota dan memiliki pemandangan yang indah, bangunannya pun terbilang artistik.

Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat

Awal mula Hotel Kalitaman dibangun karena Prince Henry William Frederick, Putera Raja William II akan melakukan perjalanan ke Hindia Belanda pada tahun 1837.

Prince Henry William Frederick merasa perlu untuk berkunjung ke Salatiga yang terkenal sebagai lumbung kopi VOC. Saat itu belum ada hotel yang representatif di Salatiga untuk tempat beristirahat Prince Henry William Frederick.

Mr Pierre de La Brethoniere Hamar yang dikenal sebagai raja Kopi Salatiga tergerak hatinya untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan kekayaan yang dimilikinya maka tidak terlalu susah baginya untuk merogoh uang sampai 100.000 gulden untuk andil pembangunan sebuah hotel di tengah kota Salatiga.

Ketika hotel ini dibangun, dunia arsitektur sedang dikuasai gaya Indische Empire dengan pilar-pilar besar mirip gaya Romawi atau Yunani.

Hotel mewah yang satu ini hanya diperuntukkan bagi orang kulit putih. Konon, terdapat papan pengumuman yang berbunyi Verboden voor honden en inlanders (anjing dan pribumi dilarang masuk).

Bangunan ini sering berganti nama dan fungsinya. Saat berfungsi sebagai hotel, namanya diganti sampai 3 kali. Awalnya bernama Hotel Kalitaman, kemudian berubah sedikit menjadi Grand Hotel Kalitaman dan setelah tidak berfungsi sebagai hotel berganti menjadi Hotel Kaloka.

Setelah tidak berfungsi sebagai hotel, bangunan ini dijadikan sebagai tempat pendidikan dan latihan dengan nama Sasana Widya Praja. Dan akhirnya fungsinya berubah lagi sebagai kantor Bank Jateng sampai sekarang.

0 Komentar