Hingga suatu hari Soekarno bertemu dengan Duta Besar Amerika di Indonesia, Howard Jones.
Dalam pertemuan itu, Howard menyampaikan gagasan pembuatan otobiografi Soekarno. Soekarno akhirnya sepakat untuk menulis sejarah hidupnya itu dengan satu syarat.
“Aku mengerjakannya dengan Cindy Adams.” ucapnya.
Di dalam buku itu, Soekarno bercerita bahwa alasannya menulis biografi adalah karena usianya yang sudah tidak muda lagi.
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
“Dan begitulah waktu sudah datang. Kalau aku hendak menuliskan kisahku, aku harus melakukannya sekarang. Nanti mungkin aku tidak memiliki kesempatan. Aku tahu, orang ingin mengetahui selama Perang Dunia II apalah Sukarno seorang kolaborator Jepang atau bukan, Kukira hanya Soekarno yang dapat menerangkan periode dari kehidupannya itu dan karena itu dia bersedia menerangkannya.”
Lalu, pada akhir bab, Soekarno mengatakan: “Tetapi barangkali juga aku punya kewajiban menceritakan kisah ini kepada tanah airku, kepada bangsaku, kepada anak-anakku, dan kepada diriku sendiri. Karena kuminta padamu, pembaca, untuk mengingat bahwa lebih penting dari bahasa kata-kata yang tertulis dalam bahasa yang keluar dari lubuk hati.”
Dia juga menyampaikan bahwa buku tersebut tidak ditulis untuk mendapat simpati masyarakat.
Soekarno berharap, buku otobiografinya bisa menambah pemahaman lebih baik tentang dirinya dan Indonesia tercinta.