DOLAR Amerika Serikat (Dolar AS) melemah cukup signifikan pada penutupan perdagangan di Jumat (20/12). Sentimen pasar berubah usai adanya data inflasi terbaru yang menunjukkan perlambatan ekonomi di AS.
Dilansir Senin (23/12), indeks dolar turun 0,6% dan kini berada di level 107,78. Sebelumnya, dolar mencapai level tertinggi dua tahun di 108,54. Adapun pelemahan ini berdampak pada beberapa mata uang global lainnya, seperti:
- Euro: Menguat 0,7% menjadi US$1,043.
- Yen Jepang: Naik 0,7% atau sukses menekan dolar ke 156,30 yen.
- Poundsterling: Menguat 0,6% menjadi US$1,2574
- Dolar Australia: Turun 0,43% ke US$0,6263
- Dolar Selandia Baru: naik 0,53% ke US$0,566.
Analis Senior FXStreet.com, Joseph Trevisani mengatakan bahwa pasar tengah khawatir dengan kemungkinan adanya penahanan suku bunga di Januari 2025. Hal ini terjadi akibat ekspektasi yang tak tercapai dari indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) di AS.
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
“Pasar melihat kemungkinan besar bahwa bank sentral akan menahan suku bunga pada Januari 2025,” ujarnya.
PCE November AS baru-baru ini tercatat hanya naik 0,1% dibandingkan 0,2% di bulan sebelumnya. Secara tahunan, data tersebut tercatat 2,4% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan 2,3% pada Oktober.
Sebelumnya Federal Reserve (The Fed) telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dengan alasan inflasi yang masih di atas target. Namun, The Fed mengisyaratkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut akan terbatas di tahun depan.