KETUA Persatuan Nasional Benny Gantz menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu “menyabotase” negosiasi kesepakatan penyanderaan dengan Hamas.
Gantz yang merupakan mantan menteri pertahanan mengatakan, Israel saat ini berada di tengah periode “sensitif”, tetapi “Netanyahu sekali lagi berlari ke media asing dan berbicara,” kata Gantz.
“Netanyahu, Anda tidak memiliki mandat untuk menggagalkan kembalinya sandera kami lagi karena alasan politik,” kata Gantz, menyebut kesepakatan sebagai hal yang benar untuk dilakukan atas dasar kemanusiaan dan keamanan nasional, seperti dikutip dari The Times of Israel 23 Desember.
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
“Dan satu hal lagi,” Gantz menyimpulkan, “Anda mengatakan di Wall Street Journal Hamas tidak boleh memerintah Gaza karena jaraknya 30 mil dari Tel Aviv. Jadi izinkan saya mengingatkan Anda: Hamas tidak boleh memerintah Gaza karena jaraknya dua kilometer dari Nir Oz dan Be’eri, dan empat kilometer dari Sderot. Keamanan mereka harus dipulihkan, dan para sandera yang dibawa dari tempat tidur mereka di sana harus dikembalikan.”
Kelompok militan Palestina Hamas dan Israel semakin dekat dengan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan pekan lalu, saat Amerika Serikat bersama Mesir dan Qatar terus berupaya menjadi mediator mewujudkan gencatan senjata dua tahap.
Israel menekankan tuntutannya pada pengembalian seluruh sisa sandera di Gaza. Sedangkan Hamas menekankan, kesepakatan bisa tercapai asal Israel tidak terus menambahkan syarat baru yang bisa menghambat perjanjian.
Komentar Gantz muncul setelah PM Netanyahu mengatakan kepada Wall Street Journal dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pekan lalu, dia “tidak akan setuju untuk mengakhiri perang sebelum kita menyingkirkan Hamas.”
Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, setelah militan yang dipimpin oleh Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan lebih dari 250 orang diculik sebagai sandera, menurut perhitungan Israel, dikutip dari Reuters.
Kemarin, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi jumlah korban tewas Palestina sejak konflik tahun lalu telah mencapai 45.259 orang, sementara korban luka-luka mencapai 107.627 orang, mayoritas adalah anak-anak dan wanita, seperti melansir WAFA.