Siapakah Taleb Abdulmohsen, Aktivis Anti Islam Diduga Terlibat dalam Serangan Pasar Natal di Jerman?

Taleb Jawad Al Abdulmohsen (50), tersangka serangan mobil terhadap pasar Natal di Magdeburg, Jerman, asal Arab
Taleb Jawad Al Abdulmohsen (50), tersangka serangan mobil terhadap pasar Natal di Magdeburg, Jerman, asal Arab Saudi. Foto/X/One India
0 Komentar

TERSANGKA di balik serangan pasar Natal di kota Magdeburg, Jerman, yang menewaskan lima orang dan melukai lebih dari 200 lainnya, adalah seorang aktivis ateis Saudi bernama Taleb al-Abdulmohsen.

Ia diduga melakukan penyerangan di pasar tersebut dengan sebuah BMW dan ditangkap oleh polisi Jerman dengan todongan senjata. Kelima korban tewas termasuk seorang balita.

Al-Abdulmohsen adalah seorang dokter spesialis psikiatri dan psikoterapi yang berasal dari kota Hofuf di wilayah timur Saudi.

Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat

Ia pindah ke Jerman pada tahun 2006 dan memperoleh status pengungsi pada tahun 2016. Ia adalah seorang ateis dan mantan Muslim yang vokal yang membantu warga Saudi yang tidak lagi percaya pada Islam – khususnya wanita – meninggalkan negara mereka.

Di platform media sosial X, Al Abdulmohsen menggambarkan dirinya sebagai “oposisi militer Saudi” dan melontarkan tuduhan liar terhadap Jerman dalam biografinya, dengan mengatakan bahwa Jerman “mengejar pencari suaka perempuan Saudi di dalam dan luar Jerman, untuk menghancurkan hidup mereka,” dan “ingin mengislamkan Eropa”.

Al Abdulmohsen juga mengelola akun Twitter yang disebut “Saudi Ex-Muslims”.

Ia menyatakan dukungannya terhadap provokator anti-Islam Inggris Tommy Robinson , partai AfD Jerman yang berhaluan kanan jauh, dan miliarder sayap kanan Elon Musk yang telah gencar mempromosikan narasi anti-imigran dalam beberapa bulan terakhir.

Ia juga menyatakan simpati terhadap Israel dan mengunggah ulang tweet dari juru bicara resmi militer Israel yang berbahasa Arab, Avichay Adraee.

Abdulmohsen sebelumnya telah memberikan wawancara kepada media Jerman dan internasional serta situs web sayap kanan. Pada tahun 2017, tujuh tahun sebelum ia melakukan serangan mematikannya, tahun 2019 BBC mewawancarainya. Ia menampilkan dirinya saat itu sebagai aktivis hak asasi manusia.

Surat kabar lokal Jerman Frankfurter Rundschau melaporkan lima tahun lalu bahwa ia datang ke Jerman untuk pelatihan spesialis sebagai psikoterapis tetapi kemudian mengajukan suaka, setelah ia dilaporkan diancam akan dibunuh karena meninggalkan Islam.

Baca Juga:Pernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju WashingtonPendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?

Lima hari sebelum melakukan serangan, ia mengecam pengungsi Suriah di Jerman dalam sebuah wawancara dengan Yayasan RAIR yang berhaluan kanan.

0 Komentar