Dikutip dari History Things. Ketika sebagian besar anak-anak di dunia memikirkan seorang lelaki tua periang dan bulat berjanggut putih yang akan turun dari cerobong asap mereka pada tanggal 25 Desember, membawa tas yang penuh dengan hadiah, anak-anak di Bavaria, Eropa Timur, dan sebagian negara lainnya. Jerman bersiap untuk Krampusnacht dua puluh hari sebelumnya. Natal biasanya tidak melibatkan setan menakutkan yang bertanduk dan bertopeng, tetapi bagi sebagian orang, itu merupakan bagian dari tradisi Natal mereka.
Apa itu Krampusnacht?
Ini adalah hari libur yang terasa seperti Halloween daripada Natal. Di Krampusnacht pada tanggal 5 Desember, pria berpakaian Krampus meminum banyak alkohol, berlarian di jalanan, dan menakut-nakuti anak-anak, seringkali mereka mengejar anak-anak nakal dan memukul mereka dengan tongkat.
Kostum tradisional Krampus terdiri dari topeng kayu yang diukir tangan dan jas yang terbuat dari kulit domba atau kambing. Lonceng sapi dikenakan di pinggul pemakainya. Harga kostum ini sendiri bisa sangat mahal di Eropa, dan pada masa kini biasanya dibuat dengan bahan yang lebih murah, seperti bulu palsu dan cat wajah.
Dari mana “Krampus” Berasal?
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Asal usul dari Krampus sendiri sebagian besar tidak diketahui, tetapi sebagian besar antropolog setuju bahwa tradisi tersebut berasal dari pra-Kristen yang berasal dari mitologi pagan. Salah satu pakar di bidang ini percaya bahwa Krampus sudah ada sejak dewa Wiccan, Dewa Penyihir bertanduk. Antropolog lainnya, John J. Honigmann menulis, “Krampus berasal dari makhluk gaib pangan yang berasimilasi dengan setan Kristen.
Kurangnya pengetahuan tentang panteon pagan pra-Kristen di Eropa cukup kabur, mengingat para Druid (kasta pendeta keltik) di Eropa tidak menulis apapun, dan tempat ibadah serta simbol dan ritus mereka seringkali diambil alih dan diasimilasikan dalam tradisi Kristen dalam upaya para misionaris untuk menghapuskan tradisi pagan sepenuhnya. Krampus, dan “Dewa Bertanduk” secara umum, adalah contoh bagus fenomena ini.
Menurut para sejarawan, setan bertanduk pertama kali muncul dalam drama abad pertengahan sekitar abad ke-11. Nantinya, ini akan diadopsi ke dalam narasi agama Kristen dalam upaya menggunakan simbol-simbol yang akrab dengan penduduk asli. Seiring waktu, dewa asal Krampus diubah menjadi hantu nakal yang meneror anak-anak yang kita lihat sekarang. Secara tradisional, St. Nikolas dan Krampus tampil bersama, bekerja sebagai satu tim. St. Nikolas memberi penghargaan kepada anak-anak yang baik, sedangkan Krampus menghukum anak-anak yang nakal.