Kemlu Telusuri Kemungkinan Warga Indonesia Bergabung dengan Kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) di Suriah

Seorang pemberontak, dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), di kantor polisi yang direbut oleh pem
Seorang pemberontak, dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), di kantor polisi yang direbut oleh pemberontak di Aleppo Suriah, 5 Desember 2024 (Karam al-Masri/Reuters)
0 Komentar

KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI menelusuri kemungkinan warga Indonesia alias WNI bergabung dengan kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) di Suriah yang menjatuhkan rezim Presiden Bashar Al Assad. Kemenlu RI terus memantau dan melacak kemungkinan tersebut.

“Masih terus dilacak,” kata Direktur Perlindungan WNI Kemenlu RI, Judha Nugraha, Selasa (17/12).

HTS merupakan sempalan dari Al-Qaeda dan Islamic State (IS). Menurut laporan Free Radio Europe, diperkirakan ada ratusan pejuang asing berada di jajaran milisi HTS.

Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington

Laporan tersebut menyebutkan ada warga Eropa dan Asia Tengah yang bertempur untuk HTS selama kelompok pemberontak tersebut mengambil alih Suriah bulan ini.

Meski begitu, warga asing diperkirakan hanya sebagian kecil dari keseluruhan kekuatan tempur HTS dan sekutunya yang diperkirakan berjumlah 10.000 orang.

Kehadiran anggota milisi asing dipandang sebagai risiko bagi stabilitas Suriah dan ancaman keamanan di Tanah Air mereka masing-masing.

Menurut laporan tersebut, salah satu anggota milisi HTS asing yang terindentifikasi yaitu dari Albania.

Dalam suatu video, ada anggota milisi yang mengenakan lambang kelompok Taktikal Albania, unit Xhemati Albania yang dianggap sebagai subkelompok HTS dan terdiri dari etnis Albania yang sebagian besar berasal dari Albania, Kosovo, dan Makedonia Utara.

“Ini kelompok jihadis Islam yang terstruktur dengan baik yang beroperasi di bawah payung HTS,” kata Adrian Shtuni, pakar keamanan yang berbasis di Washington, AS.

“Taktikal Albania berfokus pada keterampilan militer tertentu, termasuk pelatihan penembak jitu dan bahan peledak, sekaligus memberikan pelatihan bagi pejuang lain. Ini menunjukkan perubahan dari sekadar pejuang menjadi kekuatan strategis dalam HTS,” tambah Shtuni.

Baca Juga:Pendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?Tom Lembong Diperiksa 10 Jam Terkait Surat Kebijakan Impor Gula

Setelah perang saudara Suriah meletus pada 2011, ratusan warga etnis Albania berbondong-bondong ke Suriah untuk bergabung dengan IS dan Front Nusra, cabang Al-Qaeda di Suriah. Front Nusra kemudian berganti nama menjadi HTS.

0 Komentar