DALAM catatan lama pada 16 Juni 2015, tulisan di situs web electronicintifada.net berjudul Why has Israel embraced al-Qaida’s branch in Syria? mencoba menelusuri dukungan Israel terhadap Al-Qaeda di Suriah. Bagaimana penjelasannya? Simak artikel di bawah ini.
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada 2014, Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa memerangi Islam militan tidak dapat dipisahkan. Upaya kasar perdana menteri Israel untuk menyamakan ISIS dengan Hamas tidak boleh dibiarkan menyembunyikan kebenaran penting yaitu Israel membantu pasukan Islam militan ketika dianggap tepat untuk melakukannya.
Contoh paling mencolok dari bantuan semacam itu akhir-akhir ini yaitu dukungan Israel terhadap Jabhat al-Nusra, cabang al-Qaeda di Suriah, seperti yang disaksikan oleh pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Kolusi Israel dengan al-Qaeda hampir diabaikan oleh media Amerika Serikat (AS) dengan beberapa pengecualian. Misalnya, The Wall Street Journal melaporkan pada Maret bahwa Israel telah merawat pejuang al-Nusra yang terluka dan kemudian mengirim mereka kembali ke Golan untuk memerangi Hizbullah dan tentara Suriah.
Media lain telah mengabaikan isu tersebut.
Kolumnis Washington Post David Ignatius, yang sering menjadi penyalur informasi dari sumber resmi, menyebutkan, sekilas, bulan lalu bahwa Yordania dan Israel telah mengembangkan kontak rahasia dengan anggota kelompok Jabhat al-Nusra di sepanjang perbatasan mereka. Namun, ia gagal menjelaskan lebih lanjut.
Dalam laporan video yang dirilis oleh Vice News pada Desember–tentara Israel diperlihatkan memindahkan pejuang oposisi Suriah yang terluka ke rumah sakit Israel–narator mengakui bahwa para pejuang tersebut mungkin berafiliasi dengan al-Nusra.
Media Israel sedikit lebih terbuka tentang dukungan Israel terhadap al-Qaeda. Situs web berita Ynet telah mengunggah rekaman petugas medis tentara Israel yang merawat pejuang oposisi Suriah yang terluka dengan catatan. “Kemungkinan besar sebagian besar atau semua warga negara ini ialah pemberontak dari kelompok jihadis ISIS dan Front al-Nusra.”
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang legalitas pengiriman kembali anggota salah satu kelompok ekstremis bersenjata paling terkenal dan aktif di dunia ke medan perang, terutama karena kelompok ini telah menjadi target utama perang global selama lebih dari satu dekade yang dipimpin oleh dermawan terbesar Israel, Amerika Serikat. (Namun, agar adil, AS tidak asing dengan dukungan terhadap al-Qaeda dan ISIS untuk melemahkan musuh-musuhnya.)