RENTETAN bencana alam melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi. Bencana yang mencakup banjir bandang, longsor hingga pergerakan tanah disebut jadi yang terdahsyat dalam rentang waktu 10 tahun terakhir.
Berikut fakta-faktanya:
5 Orang Meninggal di Sukabumi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat, ada 5 korban meninggal dunia di Sukabumi yakni di Kecamatan Simpenan dan Ciemas. Selain itu, ada pula empat orang yang dilaporkan hilang di Simpenan, Gegerbitung, Tegal Buleud, dan Pabuaran.
Kemudian sebanyak 1.487 KK atau 3.497 jiwa terdampak, 389 KK atau 1.400 jiwa mengungsi, rumah rusak sebanyak 589 unit. Kondisi diperburuk dengan akses jalan dan jembatan yang putus sehingga alat berat sulit masuk ke lokasi bencana.
BPBD Prioritaskan Buka Akses Jalan
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Plt Kepala BPBD Jabar Anne Heramdianne menyatakan prioritas saat ini adalah membuka akses menuju wilayah terdampak agar evakuasi dan distribusi bantuan dapat segera dilakukan.
“Sekarang fokus penanganan pertama kita data pengungsi, kita upayakan logistik permakanan bisa masuk ke daerah pengungsi contohnya mungkin ke daerah Simpenan kan putus,” kata Anne, Jumat (6/12/2024).
“Ini kita upayakan menggunakan perahu, kita nggak bisa ngakses walaupun kita gunakan perahu, kita kerja sama dengan relawan, BPBD, kabupaten kota, TNI dan Polri,” sambungnya.
Akses Komunikasi dan Listrik Terputus
Selain dampak yang merusak, akses komunikasi dan listrik di lokasi bencana Sukabumi dan Cianjur ada yang masih terputus. “Ini yang menjadi permasalahan ketika ada listrik yang putus ini otomatis kita belum mendapatkan data yang sangat akurat,” ungkapnya.
Terparah 10 Tahun Terakhir
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman mengungkapkan, bencana yang terjadi merupakan salah satu yang terparah dalam satu dekade terakhir. “Kita menghadapi tantangan berat, terutama dalam distribusi logistik dan bahan bakar. Jalur menuju beberapa wilayah seperti Sagaranten masih terputus,” ungkapnya.
“Kalau lihat gambaran tadi yang Pak Deputi sampaikan memang 10 tahun terakhir ini kita yang paling parah Kabupaten Sukabumi. Awalnya tidak separah ini,” sambungnya.
Kebutuhan Mendesak Korban
Saat ini para korban membutuhkan kebutuhan mendesak meliputi selimut, bahan makanan, pakaian layak, dan tenda. Namun, penggunaan tenda dinilai kurang optimal di tengah curah hujan tinggi. “Kami menyarankan pengungsian di masjid atau sekolah, tetapi saat ini sekolah masih digunakan untuk ujian,” ujar Ade.