BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mengungkap dampak parah bencana yang melanda Sukabumi dan Cianjur. Bencana ini mencakup banjir, longsor, dan pergerakan tanah yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, serta gangguan akses komunikasi dan listrik di banyak wilayah.
Di Sukabumi, korban meninggal dunia tercatat lima orang, yang tersebar di Kecamatan Simpenan dan Ciemas. Selain itu, empat orang dilaporkan hilang di Simpenan, Gegerbitung, Tegal Buleud, dan Pabuaran.
Kemudian sebanyak 1.487 KK atau 3.497 jiwa terdampak, 389 KKatau 1.400 jiwa mengungsi, rumah rusak sebanyak 589 unit. Kondisi diperburuk dengan akses jalan dan jembatan yang putus sehingga alat berat sulit masuk ke lokasi bencana.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Di Cianjur, bencana melanda 15 kecamatan, termasuk Kadupandak, Takokak, Agrabinta, dan Campaka. Data sementara mencatat 185 rumah rusak, 381 rumah terendam, dan 75 rumah terancam.
Sebanyak dua orang meninggal dunia dan satu orang luka-luka. Lebih dari 1.375 jiwa terdampak, dengan 31 jalan di wilayah tersebut mengalami kerusakan.
Plt Kepala BPBD Jabar Anne Heramdianne menyatakan prioritas saat ini adalah membuka akses menuju wilayah terdampak agar evakuasi dan distribusi bantuan dapat segera dilakukan. “Sekarang fokus penanganan pertama kita data pengungsi, kita upayakan logistik permakanan bisa masuk ke daerah pengungsi contohnya mungkin ke daerah Simpenan kan putus,” kata Anne, Jumat (6/12/2024).
“Ini kita upayakan menggunakan perahu, kita nggak bisa ngakses walaupun kita gunakan perahu, kita kerja sama dengan relawan, BPBD, kabupaten kota, TNI dan Polri,” sambungnya.
Selain dampak yang merusak, akses komunikasi dan listrik di lokasi bencana Sukabumi dan Cianjur ada yang masih terputus. “Ini yang menjadi permasalahan ketika ada listrik yang putus ini otomatis kita belum mendapatkan data yang sangat akurat,” ungkapnya.
Anne mengatakan, bencana alam yang terjadi di Kabupaten Sukabumi merupakan terparah dalam 10 tahun terakhir.
“Betul, kenapa? Karena sudah banyak alih fungsi lahan terutama kita kembali introspeksi diri apakah kita menjaga alam, apakah kita mengubah alam kita ini menjadi katakanlah kegiatan ekonomis yang justru mengubah alam tersebut,” katanya.
Baca Juga:Pendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?Tom Lembong Diperiksa 10 Jam Terkait Surat Kebijakan Impor Gula
Atas kondisi tersebut, pihaknya mengimbau agar masyarakat waspada atas cuaca, terutama di daerah selatan Jawa Barat yang terancam bencana banjir, longsor dan cuaca ekstrem.