Mencermati kemarahan masyarakat saat ini, bisa dikatakan bahwa meletusnya kekecewaan merupakan representasi harapan yang sangat ekstrem. Bagaimana bisa secara keseluruhan pemerintah Prabowo itu bisa menghargai memperjuangkan dan juga memberikan jaminan-jaminan ke arah perbaikan untuk masa depan.
Keraguan Masyarakat
Pertanyaannya, Bagaimana hal bisa terburuk terjadi bagi seorang Gus Miftah yang notabenya adalah staf khusus yang diberikan tugas khusus dalam bidang kerukunan agama justru menjatuhkan harga diri wong cilik. Mengolok-olok adalah pekerjaan yang senonoh ini adalah simbol-simbol atau pekerjaan-pekerjaan politik yang sebenarnya merusak kedaulatan Prabowo untuk melakukan sebuah perbuatan penguatan ekonomi dan penguatan hak-hak sipil.
Kriminalisasi Politik
Olok-olok Gus Miftah sudah masuk masalah politik yang kiranya sangat krusial. Harapan masyarakat kondisi kekinian dan mentalitas dari para pejabat Prabowo yang memang harus segera reshuffle, segera diganti-ganti dengan orang mempunyai satu paket substansi baik ide dan gagasan dan juga perilakunya untuk mempertegas dan mempertajam dedikasinya untuk keseluruhan rakyat Indonesia.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Penulis meyakinkan jika olok-olok dari Gus Miftah sudah masuk kriminalisasi politik di internal pemerintahan Prabowo. Prabowo segera menuntaskan persoalan dapat politik tersebut dan kembali dalam urusan politik kebijakan-kebijakan sangat diharapkan segera dieksekusi.
Fokus Pekerjaan Janji Kampanyenya
Prabowo secara simultan pertama memberikan arah perbaikan ekonomi dengan cepat, kedua memastikan program kerjanya terealisasikan. Suka tidak suka, saat ini Prabowo belum menunjukkan secara komprehensif hasil-hasil kerja nyata untuk masyarakat . Belum menunjukkan skill kepemimpinan, padahal Prabowo sebagai manajer / CEO Indonesia .
Prabowo pada saat ini belum dalam fase konkret kerja nyata. Justru sebaliknya, khalayak publik digemparkan perilaku salah satu staf khusus yang mencontohkan perilaku sangat buruk. Inilah kenyataan politik kompromi, politik yang tidak disesuaikan dengan realitas kebutuhan politik.
Refleksi Politik Bagi-bagi
Kompromi instan yang didasarkan oleh kepentingan-kepentingan politik Koalisi dengan menghasilkan sebuah distorsi pemerintahan yang menurut penulis sangat senjang dan timbang antara cara berpikir eksekutif dalam hal ini presiden secara berpikir para menteri dan cara berpikir pembantu presiden dalam hal ini staff khususnya.