Pembunuh CEO UnitedHealthcare Brian Thompson di Manhattan Diburu, Ini Wajahnya

Gambar individu yang dicari terkait investigasi penembakan yang menewaskan Brian Thompson, CEO unit asuransi U
Gambar individu yang dicari terkait investigasi penembakan yang menewaskan Brian Thompson, CEO unit asuransi UnitedHealth, terlihat dalam gambar diam dari video pengawasan yang diambil di luar sebuah hotel di kawasan Manhattan, New York City, AS, 4 Desember 2024.
0 Komentar

Komentar-komentar itu memicu lebih banyak obrolan tentang motivasi penembak, mulai dari penyelidikan federal awal tahun 2024 terhadap perusahaan tersebut hingga gugatan yang diajukan oleh dana pensiun Florida yang menuduh perdagangan orang dalam.

Agen FBI pensiunan Jennifer Coffindaffer pada Kamis mengunggah video berdurasi 26 menit di X yang memaparkan pemikirannya tentang pembunuhan itu. Ia mengatakan pembunuhnya tahu persis di mana Thompson akan berada dan kapan.

“Itu hanya memberi tahu saya bahwa kemungkinan besar ada seseorang di dalam, seseorang yang tahu kapan dia akan pergi,” katanya.

Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington

Forum-forum online tersebut penuh dengan ‘detektif internet’ yang menyortir laporan yang tersedia untuk umum guna mengungkap informasi setelah kejahatan besar.

Terkadang, perburuan mereka berhasil, seperti detektif daring membantu penyidik mengidentifikasi banyak perusuh yang ikut serta dalam kerusuhan Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, menyusul kemenangan pemilihan presiden Joe Biden pada tahun 2020.

Namun, “investigasi yang dilakukan oleh orang banyak” seperti itu juga bisa jadi salah. Setelah pengeboman Boston Marathon April 2013, pengguna Reddit menyebarkan teori yang menunjuk orang yang salah, yang kemudian diperkuat oleh berbagai publikasi termasuk, New York Post. FBI merilis foto-foto tersangka utama mereka untuk meredakan spekulasi tersebut.

Tahneer Oksman, seorang profesor di departemen komunikasi Marymount Manhattan College di New York, mengatakan media sosial membantu orang-orang terhubung dengan topik yang sama, tetapi juga mengaburkan batas antara berita dan spekulasi.

“Banyak orang tidak lagi membedakan antara mendapatkan informasi yang telah diverifikasi dan mengobrol/berspekulasi tentang informasi yang telah diverifikasi tersebut,” katanya.

0 Komentar