Menurut Daradjadi, Mangkunegara IV adalah salah satu peletak modernisasi Mangkunegaran dan masyarakat di wilayahnya yang mencakup daerah Wonogiri dan Sukawati. ”Ketika Perang Diponegoro, beliau masih Aspirant Kadet dan bertempur melawan Diponegoro meski hati kecilnya setuju dengan gagasan Diponegoro, yakni melawan Belanda. Namun, cara perlawanan yang dilakukan Mangkunegara IV adalah membangun kemandirian di bidang pendidikan, ekonomi, dan militer,” kata Daradjadi.
Kemandirian ekonomi diraih dengan modernisasi ekonomi, yakni melalui Pabrik Gula Tjolomadoe dan Tasikmadoe yang menjadikan Pura Mangkunegara makmur dan mampu menyediakan berbagai kebutuhan dasar kawula atau rakyat Mangkunegaran kala itu. Bahkan, Raja Siam dari Dinasti Chakri, yakni Raja Rama V atau Raja Chulalangkorn, tercatat tiga kali datang ke Pura Mangkunegara.
Hasil ”studi banding” tersebut adalah pembangunan irigasi, persawahanan modern, jalur kereta api, dan agrobisnis modern yang dinikmati Thailand saat ini. Bahkan, kini Thailand mengekspor beras ke Indonesia, negeri yang pernah menjadi tempat belajar pengelolaan pertanian.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Kemandirian ekonomi diraih dengan modernisasi ekonomi, yakni melalui Pabrik Gula Tjolomadoe dan Tasikmadoe yang menjadikan Pura Mangkunegara makmur dan mampu menyediakan berbagai kebutuhan dasar kawula atau rakyat Mangkunegaran kala itu.
Masa keemasan Pura Mangkunegaran di medio akhir 1850-1890 itu ditandai dengan beroperasinya pabrik gula di wilayah Mangkunegaran dan relasi perkawinan serta pertemanan Mangkunegara IV di wilayah Swapraja (Vorstenlanden) dengan Kapitan Cina Bhe Biauw Tjwan yang berbisnis di kota pelabuhan utama, Semarang, yang di masa silam adalah pelabuhan utama Mataram era Keraton Kartasura.
Pengerjaan proyek revitalisasi bekas Pabrik Gula Colomadu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pabrik gula yang dibangun pada 1861 dan berhenti beroperasi pada 1997 tersebut dikembangkan menjadi tempat bisnis, museum, serta tempat pertemuan berskala internasional, dengan tetap mempertahankan unsur peninggalan masa lampau.
Hubungan Pura Mangkunegaran dengan para tokoh Tionghoa, menurut Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jawa Tengah, Wasino, tidak terlepas dari hubungan perjuangan Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said yang bertempur bersama Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning dan Kapitan Cina Sepanjang alias Ki Panjang dalam Perang Geger Pacinan (1740-1743) melawan kekuasaan VOC.