Sekutu Amerika Serikat Cemas Trump Pilih Tulsi Gabbard Jadi Kepala Intelijen, Ini Alasannya

Tulsi Gabbard (Michael Brochstein / SOPA Images via Reuters file)
Tulsi Gabbard (Michael Brochstein / SOPA Images via Reuters file)
0 Komentar

Ia juga menentang intervensi militer AS di perang sipil Suriah di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama dan bertemu dengan Presiden Suriah yang didukung Moskow Bashar al-Assad pada 2017, yang seluruh hubungannya diputus oleh Washington pada 2012.

“Biarkan rakyat Suriah sendiri yang menentukan masa depan mereka, bukan Amerika Serikat, bukan negara asing,” katanya kepada CNN.

Soal Iran, Gabbard mengkritik keputusan yang dibuat oleh pemerintahan Trump. Pada 2020, ia mengatakan bahwa pemerintahan Trump tidak memberikan “pembenaran apa pun” dalam pengarahan intelijen tentang pembunuhan Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds elit Korps Garda Revolusi Islam Iran. Dia dibunuh pada 2020 dalam serangan udara AS di Irak di luar bandara internasional Baghdad.

Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington

Pemilihan Gabbard telah meningkatkan kekhawatiran di antara para pejabat intelijen yang tidak yakin tentang seberapa kuatnya ia memegang pandangan-pandangan geopolitiknya, apakah ia akan salah informasi atau sekadar menggemakan para pengikut “Make America Great Again” Trump, kata seorang pejabat intelijen yang tak ingin disebut namanya.

“Tentu saja akan ada perlawanan terhadap perubahan dari ‘swamp’ di Washington,” kata Gabbard dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Rabu malam, 13 November 2024. Ia mengatakan para pemilih memberi Trump “sebuah mandat yang luar biasa” untuk menjauh dari agenda Biden tetap tidak menawarkan kebijakan-kebijakan spesifik.

Perhatian Penuh Para Sekutu

Seorang pejabat intelijen senior Eropa mengatakan agensi-agensi di negara-negara Uni Eropa “akan pragmatis dan siap untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan.” “Tidak ada kepanikan untuk saat ini,” kata pejabat tersebut.

Seorang pejabat pertahanan Eropa menggambarkan Gabbard sebagai “kukuh” di kubu Rusia. “Tetapi kami harus menghadapi apa yang kami punya. Kami akan penuh perhatian,” kata pejabat itu.

Beberapa analis mengatakan kecemasan tentang Gabbard bisa dilunakkan dengan pilihan Trump terhadap bos CIA: John Ratcliffe, mantan anggota kongres yang bertugas sebagai direktur intelijen nasional di akhir masa jabatan pertama Trump.

Dekat dengan Trump dan diperkirakan hanya akan memberikan sedikit penentangan terhadap kebijakan-kebijakannya, Ratcliffe dipandang bukan sebagai sosok yang suka memberontak dan dapat menjadi penyeimbang bagi Gabbard dalam jabatannya di posisi puncak badan mata-mata nomor 1 di antara 18 badan intelijen yang akan ia awasi.

0 Komentar