FILM favorit kita, baik bergenre kriminal, aksi, komedi, atau dokumenter, ternyata mengungkapkan banyak hal tentang cara kerja otak. Hal ini merupakan temuan dari riset yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Behavioral Neuroscience (Juni, 2024), yang dikerjakan para peneliti dari Martin Luther University Halle-Wittenberg (MLU), Jerman. Para peneliti membandingkan data tentang preferensi film, dengan rekaman aktivitas otak 257 responden.
“Film sangat menarik karena tidak hanya menggambarkan setiap emosi manusia, tetapi juga membangkitkan emosi tersebut. Emosi negatif, seperti marah atau takut, memainkan peran utama dalam banyak film,” ujar seorang psikolog dari MLU yang juga salah seorang peneliti, Esther Zwiky, dikutip dari Technology Networks.
Para responden memberikan informasi tentang preferensi film mereka. Lalu, aktivitas otak responden dianalisis menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) atau pencitraan resonansi magnetik fungsional. Mereka lantas diperlihatkan wajah-wajah ketakutan atau marah, serta bentuk-bentuk geometris saat berbaring di mesin MRI.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
“Dengan tes yang sudah mapan ini, kita dapat mengukur bagaimana otak memproses rangsangan emosional,” ujar Zwiky, dikutip dari Neuroscience News.
Ada dua area otak yang difokuskan para peneliti, yakni amigdala dan nukleus akumbens. Amigdala bertanggung jawab untuk memproses emosi penting. Zwiky menjelaskan, amigdala dapat memicu reaksi melawan atau lari sebagai respons terhadap ancaman.
Sementara saraf di nukleus akumbens dikenal sebagai pusat penghargaan di otak. “Kami menemukan, penggemar film laga menunjukkan reaksi terkuat di kedua area tersebut. Kami tidak menduga hal ini karena film laga biasanya memberikan banyak rangsangan. Jadi, akan lebih masuk akal jika pengegemar laga tidak mudah terstimulasi,” kata Zwiky.
Penggemar film laga, kata penelitian itu, sangat rentan terhadap rangsangan emosional dan menganggap rangsangan ini menarik. Para peneliti pun menemukan aktivitas otak serupa pada orang-orang yang menyukai film komedi.
Akan tetapi, gambaran yang berbeda muncul pada penggemar film kriminal, thriller, dan dokumenter. Para peneliti menemukan, kedua area otak bereaksi secara signifikan lebih sedikit terhadap rangsangan emosional.