Pernyataan Rubio tersebut berkaitan dengan kata-kata Trump bahwa ia akan “menjadi orang yang netral” dalam konflik Palestina-Israel.
Dalam masa jabatan pertamanya, Trump pada akhirnya menepis setiap pertanyaan tentang netralitas setelah ia secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sejak saat itu, ia menuduh Presiden Joe Biden, yang mengalahkannya pada pemilihan presiden 2020, telah menahan Israel dalam perangnya di Gaza dan mengatakan dalam sebuah debatnya melawan Biden pada Juni, ia akan membantu Israel “menyelesaikan pekerjaan itu” jika terpilih kembali.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Rubio memiliki sikap yang seperti biasa hawkish terhadap perang Israel di Gaza, mengatakan kepada seorang aktivis pada 2023 bahwa ia tidak mendukung gencatan senjata dan Hamas “100 persen harus disalahkan” atas kematian warga Palestina di Jalur Gaza.
Dia kemudian mendukung rencana Trump untuk mendeportasi demonstran mahasiswa asing pro-Palestina untuk membuat mereka “berperilaku baik”.
Nader Hashemi, profesor politik Timur Tengah dan Islam di Georgetown University, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa komentar-komentar Rubio di masa lalu mengenai konflik ini, terutama ketika menyebut warga Palestina, terkadang “tidak bisa dibedakan dengan [Perdana Menteri Israel] Benjamin Netanyahu”.
Rubio sebelumnya telah membela hak Israel untuk melakukan operasi darat di Rafah meskipun ada keputusan darurat dari Mahkamah Internasional untuk Israel untuk menghentikan serangan tersebut, dengan alasan “risiko yang sangat besar” bagi penduduk Palestina. Dia membandingkan operasi Israel dengan pengejaran Adolf Hitler selama Perang Dunia II. (*)