Selain itu, proyek-proyek ini berkontribusi pada kenaikan hampir 15% harga saham dalam sektor-sektor yang terkait langsung dengan infrastruktur, seperti konstruksi dan logistik, menciptakan peluang substansial bagi investor yang ingin memanfaatkan peran berkembang kawasan ini sebagai pusat perdagangan dan logistik.
Pengaruh China dinilai sangat menonjol di sektor-sektor seperti infrastruktur dan manufaktur serta teknologi dan transformasi digital.
Investasi China di sektor infrastruktur Asia Tenggara, seperti proyek East Coast Rail Link senilai US$ 11 miliar di Malaysia telah mengubah lanskap logistik regional. Pada tahun 2024, China menyumbang lebih dari 50% dari investasi asing langsung di sektor manufaktur dan konstruksi kawasan, termasuk proyek pengembangan kota pintar dan pusat transportasi.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
China juga berinvestasi besar-besaran dalam transformasi digital Asia Tenggara, mendanai berbagai proyek, dari platform e-commerce hingga pusat teknologi cloud. Di Vietnam, misalnya, investasi China dalam elektronik dan teknologi informasi melebihi US$ 30 miliar, sehingga membantu negara tersebut menjadi salah satu pengekspor elektronik terkemuka di kawasan.
Permintaan China terhadap sumber daya dan komoditas Asia Tenggara terus menjadi pendorong kuat bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Di Indonesia misalnya, China adalah pasar terbesar batubara dan minyak sawit Indonesia sekaligus menyumbang 40% dari total ekspor batubara Indonesia. Ketergantungan ini telah diterjemahkan ke dalam hubungan perdagangan yang kuat, meningkatkan PDB Indonesia sekitar 1,5% pada tahun 2024 hanya dari ekspor batu bara dan minyak kelapa sawit saja.
Di Malaysia, ekspor produk ke China telah melonjak, terutama dalam elektronik dan mesin. Perdagangan Malaysia dengan China tumbuh lebih dari 9% pada tahun 2023, dan tren ini diantisipasi untuk terus berlanjut seiring Malaysia menyesuaikan strategi perdagangannya dengan permintaan konsumen Cina dalam manufaktur dan elektronik.
Sementara itu, investasi China telah mencapai US$ 30 miliar di sektor teknologi Vietnam sehingga membantu mengubah negara tersebut menjadi pengekspor elektronik utama dan menyumbang hampir 15% ke PDB Vietnam. Investasi ini sangat penting karena membantu transisi Vietnam dari ekonomi berbasis pertanian menjadi pusat teknologi dan manufaktur.
Seiring dengan upaya Asia Tenggara untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi, China diharapkan dapat mempertahankan posisinya sebagai mitra utama, yang ditandai dengan berbagai perjanjian seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).