“Makin berat karena persaingan makin ketat, kenaikan-kenaikan harga bahan baku, energi, logistik, semua naik luar biasa di tengah-tengah persaingan ekonomi ini. Ini karena pengaruh global geopolitik, karena financing dan lain sebagainya,” kata Adhi kepada CNBC Indonesia usai Pameran SIAL Interfood di JI-Expo, Rabu (13/11/2024).
Ia pun berharap pemerintah bisa mengkaji ulang kembali rencana kenaikan PPN 12% karena dapat mengakibatkan industri kian terpukul. Apalagi daya beli masyarakat juga masih belum membaik hingga kini.
“Jadi kondisi seperti ini kita butuh konsolidasi agar industri makanan minuman bisa mencari alternatif bahan-bahan yang lebih positif, lebih efisien. Dan tentunya ini perlu didukung oleh pemerintah, karena kalau pemerintah tetap mau menaikkan PPN, pasti akan memukul sektor industri, khususnya industri makanan-minuman,” sebut Adhi.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal menilai tekanan yang dialami masyatakat tergambar pada pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Melihat kondisi tersebut, Faisal menyarankan pemerintah untuk tidak membuat kebijakan yang kontraproduktif dengan keyakinan konsumen mengenai kondisi perekonomiannya ke depan. Dia mengatakan salah satu kebijakan yang bisa ditempuh adalah membatalkan rencana kenaikan PPN menjadi 12%.
“Kalau kebijakan ke depannya tidak berusaha untuk membalikan keadaan ini, tapi justru memperparah, ini bisa semakin menekan konsumsi rumah tangga,” kata Faisal kepada CNBC Indonesia. (*)