Ia melanjutkan studi Sarjana Jurusan Hubungan Internasional (HI) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Ia resmi mendapatkan gelar S1 berkat perkuliahan selama lima tahun, lulus pada 1967 silam.
Amal juga memeroleh status pendidikan lain dari berbagai universitas luar negeri, salah satunya Magister Ilmu Politik dari Northern Illinois University, Amerika Serikat (AS) pada 1974. Lalu Doktor Ilmu Politik dari Monash University, Melbourne, Australia pada 1984.
Karier Amal sebagai akademisi dimulai dari tempat kuliah pertamanya, sebagai Dosen Jurusan HI mulai 1967. Waktu tersebut bertepatan dengan tahun kelulusan dan memberikan pertanda bahwa Amal cukup berprestasi.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Setelah punya gelar profesor, ia pernah pula menduduki posisi Direktur Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM pada 1986-1988. Kemudian menjadi Dekan Fisipol pada 1988-1994 dan Direktur Program Pascasarjana pada 1994-1998.
Ia kemudian menjadi Rektor UGM ke-11 dengan masa jabatan empat tahun pada 1998-2002. Ketika menjabat rektor, Ichlasul Amal sempat pula berperan sebagai Ketua Pembangunan Masjid Kampus Shalahuddin.
Adapun dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 077/TK/1999, Ichlasul Amal ditetapkan memeroleh Bintang Jasa Utama. Status ini diberikan oleh pemerintah kepada orang-orang yang berjasa terhadap Indonesia.
Amal juga menduduki posisi Ketua Dewan Pers mulai tahun 2003 sampai 2010.
Sementara itu, sebagai pakar politik, Ichlasul Amal pernah menyampaikan pendapat terkait banyaknya partai politik (parpol) yang membingungkan rakyat.
Pernyataan itu muncul untuk menanggapi Pemilu 2009, tepatnya ketika para parpol secara terang-terangan menyebabkan rasa bingung kepada masyarakat pemilih.