“Jika AS dan Rusia lebih memilih jalur damai, Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat hubungan bilateral dengan kedua negara di berbagai bidang seperti perdagangan, pertahanan, dan teknologi militer,” ungkapnya.
Namun, jika ketegangan antara AS dan Rusia tetap berlanjut, Indonesia perlu bersiap menghadapi dampak pada kerja sama diplomatik dan ekonomi.
Connie juga menyinggung konsep The Greater Eurasia yang saat ini digagas Rusia dan Tiongkok. Ia menyatakan di bawah Trump, kemungkinan besar AS akan lebih fokus pada dalam negeri sehingga dunia mungkin menyaksikan pergeseran ekonomi dan politik ke arah Asia, dengan Rusia, Tiongkok, dan India sebagai aktor utama.
Baca Juga:Pendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?Tom Lembong Diperiksa 10 Jam Terkait Surat Kebijakan Impor Gula
“Kekuatan ekonomi dan geopolitik dunia kemungkinan akan bergeser ke timur, memberikan peran semakin besar bagi negara-negara Asia seperti Indonesia di tengah kemitraan antara ASEAN dan Eurasia,” katanya.
Kemenangan Trump ini pun jadi bahasan penting saat Pertemuan Tahunan ke-21 Klub Diskusi Valdai, pada 4–7 November 2024 di Sochi, Rusia.
Di hari ketiga ajang yang tahun ini mengambil tema Perdamaian Abadi Atas Dasar Apa? Keamanan Bersama dan Kesempatan yang Sama untuk Pembangunan di Abad ke-21 ini ada satu sesi khusus yang didedikasikan untuk menganalisis hasil Pilpres AS.
Connie melihat Presiden Rusia Vladimir Putin memandang kemenangan Trump sebagai peluang positif, terutama dalam meredakan ketegangan antara kedua negara.
Sementara itu, Presiden Vladimir Putin dalam pidatonya di Pertemuan Tahunan ke-21 Klub Diskusi Valdai menyampaikan pandangannya terkait dinamika global. Ia menekankan dunia sedang memasuki era perubahan besar yang ia sebut sebagai perubahan yang pada dasarnya revolusioner.
Putin memperkirakan tantangan yang akan dihadapi umat manusia dalam dua dekade mendatang akan lebih kompleks seiring dengan transformasi besar dalam tatanan dunia. (*)