Strawberry Generation, Generasi Kreatif tetapi Rapuh

Ilustrasi
GenZ
0 Komentar

Meski dianalogikan seperti buah stroberi yang lunak dan mudah dihancurkan, generasi ini juga memiliki sejumlah nilai positif. Berikut adalah berbagai karakteristik yang umum menyertai generasi ini, di antaranya :

1. Lebih Kreatif Karakteristik yang mudah dikenali dari generasi ini adalah ide dan gagasan yang out of the box. Oleh sebab itu, banyak inovasi yang diusung oleh anak-anak muda saat ini. Ide dan gagasan kreatifnya tentunya lebih mudah dituangkan berkat kemajuan teknologi yang ada.

2. Melek Teknologi. Setiap generasi memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan dirinya. Pada kasus generasi strawberry yang hidup di tengah kemajuan teknologi, mereka cenderung berekspresi dengan memanfaatkan teknologi. Generasi ini kebanyakan sudah melek teknologi dan pandai untuk menggunakannya. Inilah yang membuat mereka menjadi pribadi dengan pola pikir terbuka dan up-to-date pada perkembangan berita.

Baca Juga:Profil Erintuah Damanik, Hakim yang Vonis Bebas Ronald TannurPolda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di Kupang

3. Sering Melakukan Self-diagnosis. Saat ini informasi kesehatan semakin mudah diakses, termasuk soal isu kesehatan mental. Semakin meleknya anak-anak muda dengan isu ini memang baik, tetapi tak jarang hal ini berujung pada self-diagnosis. Berkat mudahnya akses terhadap informasi, sebagian besar anak-anak muda mencocok-cocokkan gejala yang diperoleh dari informasi tersebut dengan apa yang dialami.

4. Gampang Menyerah Analogi buah stroberi di sini tampak nyata, mengingat buah ini sering kali tumbuh di rumah kaca dan tidak memiliki fondasi yang kuat. Kondisi inilah yang dianggap cukup menggambarkan strawberry generation. Sebab faktanya, generasi ini hidup di zaman yang serba mudah sehingga cenderung tumbuh menjadi pribadi yang arogan, manja, hanya memikirkan jangka pendek, kurang cekatan, dan banyak mau. Pada akhirnya, anak-anak muda yang termasuk ke dalam generasi ini sering kali mudah menyerah saat menghadapi sejumlah tekanan.

5. Rentan Mengalami Stres Mudahnya akses terhadap sejumlah informasi tak jarang memicu stres dan overthinking. Sebagai catatan, overthinking yang menimpa kaum muda berusia 25 tahun dikenal sebagai quarter life crisis. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kecemasan karena melihat teman seusianya sudah sukses atau sudah berkeluarga. Berbagai pencapaian tersebut tidak jarang disebarluaskan melalui media sosial. Inilah yang akhirnya akan memicu teman sebayanya yang lain merasa cemas karena belum sampai pada tahap itu.

0 Komentar