Pada kedua KTT tersebut, BRIC menyatakan posisinya pada berbagai isu global, antara lain :
- Reformasi institusi keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia agar dapat lebih menampung aspirasi negara-negara berkembang
- Perlunya diversifikasi sistem moneter internasional, tidak terfokus lagi pada US dollar sebagai mata uang internasional
- Agar PBB memainkan peran yang lebih penting dalam diplomasi multilateral
- Peran yang lebih besar untuk Brazil dan India di PBB (agar kedua negara tersebut juga bisa menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB)
BRICS
Konferensi Tingkat Tinggi ini adalah konferensi ketiga yang dilakukan oleh negara anggota BRIC sekaligus menjadi konferensi pertama yang dihadiri oleh Afrika Selatan sebagai negara baru. Afrika Selatan diundang untuk bergabung dengan BRIC pada bulan Desember 2010, dan setelah itu kelompok ini mengadopsi singkatan BRICS.
Baca Juga:Profil Erintuah Damanik, Hakim yang Vonis Bebas Ronald TannurPolda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di Kupang
Mantan Presiden Jacob Zuma kemudian menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS Ketiga di Sanya, Tiongkok, pada bulan Maret 2011. Temanya adalah “Broad Vision, Shared Prosperity”. Agenda yang dibahas dalam KTT ini meliputi situasi internasional, ekonomi global dan keuangan internasional, pembangunan dan kerja sama BRICS.
KTT ini mengeluarkan Deklarasi Sanya dan Rencana Aksi. Di sela-sela pertemuan, diadakan pula Pertemuan Menteri Perdagangan, Forum Akademis, Forum Keuangan dan Forum Bisnis.
Keuntungan dan Tantangan bagi Indonesia
Dengan bergabungnya Indonesia dengan BRICS dapat memberikan Indonesia peluang besar memperluas kemitraan ekonomi. BRICS, yang mewakili sekitar tiga miliar jiwa, menawarkan pasar ekspor potensial bagi produk-produk Indonesia, seperti hasil pertanian, tekstil, dan elektronik.
Selain itu, keuntungan besar lainnya adalah akses ke New Development Bank (NDB), bank pembangunan yang didirikan oleh negara-negara BRICS. Bagi Indonesia, yang masih membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur, NDB bisa menjadi alternatif pendanaan.
Dan di bidang geopolitik, jika bergabung dengan BRICS posisi Indonesia di panggung internasional diprediksi akan semakin kuat. Sebagai anggota BRICS, Indonesia akan memiliki akses langsung ke forum internasional yang memungkinkan untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang dalam isu-isu global, seperti reformasi ekonomi dan perubahan iklim.
Disamping itu dengan bergabung dengan BRICS juga membawa tantangan. Negara-negara dalam BRICS memiliki kepentingan nasional dan ideologi yang beragam, sering kali berseberangan dengan negara-negara Barat. Hal ini bisa membuat Indonesia berada dalam posisi sulit, mengingat hubungan baik yang selama ini dijaga dengan Amerika Serikat dan Eropa.