Pada Juni 2006, tentara Israel Gilad Shalit diculik selama serangan Hamas di Kerem Shalom dekat Gaza selatan. Laporan militer menyatakan bahwa satu jam berlalu dari serangan awal hingga pengaktifan Arahan Hannibal yang menyebabkan kegagalannya. Pada Oktober 2011, Shalit ditukar dengan 1.027 tahanan Palestina termasuk pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Pada 2009 Arahan Hannibal digunakan selama Operasi Cast Lead Israel di Gaza. Pasukan Israel menembaki rumah yang berisi mayat seorang kawan yang telah meninggal untuk mencegahnya digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi penyanderaan di masa mendatang.
Dalam kasus lain, pada Desember 2009, Yakir Ben-Melech ditembak mati di Persimpangan Erez setelah ia mencoba memasuki Gaza. Ia telah dirawat karena penyakit mental sebelum kematiannya dan, menurut keluarga, berusaha membebaskan Gilad Shalit.
Apa reaksi di Israel terhadap Hannibal Directive?
Baca Juga:Polda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di KupangSelamat Hari Radio Republik Indonesia
Moralitas arahan tersebut telah diperdebatkan di Israel sejak keberadaannya terungkap. Pada 2003, Chaim Avraham, ayah dari Bani, salah seorang tentara yang tewas pada 2000 dalam percobaan penculikan, mengatakan kepada Haaretz, “Sungguh mengejutkan untuk berpikir bahwa seorang tentara mengeksekusi temannya. Memang benar bahwa dalam penculikan terdapat dilema yang sulit dalam hal harga yang harus dibayar oleh negara. Namun, sesulit apa pun itu, saya lebih memilih anak yang ditawan daripada anak yang mati.”
Kasher mengatakan kepada surat kabar Maariv pada 2015 bahwa, selama Operasi Protective Edge, seorang tentara terbunuh karena Arahan Hannibal telah diterapkan secara salah. “Prosedur Hannibal mengatakan dalam dokumen yang sangat rahasia bahwa jika tindakan Anda pasti akan membunuh tentara tersebut, Anda tidak boleh mengaktifkan prosedur tersebut.”
“Nilai nyawa prajurit itu lebih berharga daripada menggagalkan penculikan,” tambah Kasher. “Di akhir prosedur, ada juga instruksi untuk melepaskan tembakan dan instruksi itu secara khusus mengatakan, dan saya siap mengutip dari salah satu versi, ‘Nilai nyawa prajurit itu lebih berharga daripada menggagalkan penculikan.’”
Pada 2016, Gadi Eisenkot yang saat itu menjabat sebagai kepala staf angkatan darat, memerintahkan agar perintah itu dibatalkan dan ditulis ulang, setelah perdebatan publik.
Menurut penyelidikan oleh Ronen Bergman dan Yoav Zeyton di Ynet, pada 7 Oktober, salah satu perintah angkatan darat yaitu prioritas utama untuk serangan ialah area pertahanan dan pencegahan serangan, penarikan pasukan musuh ke Jalur Gaza tidak boleh diizinkan, dan upaya semacam itu harus dihentikan dengan segala cara.”