PRESIDEN RI Prabowo Subianto mengingatkan, terutama kepada para pimpinan politik, untuk tidak terlalu senang ketika melihat angka dan data Indonesia dalam sebuah statistik.Terlebih, bila angka-angka statistik tersebut membuat kita terlalu cepat gembira. Dia pun mengingatkan agar para pemimpin politik tidak langsung berpuas diri. Menurutnya, data statistik tersebut tidak menggambarkan kondisi Indonesia sepenuhnya dan seutuhnya.
“Janganlah kita takut melihat realitas ini. Kita masih melihat saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan.. terlalu banyak saudara dan anak-anak kita di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita yang berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak anak-anak kita yang tidak punya pakaian untuk berangkat sekolah,” tuturnya saat pidato perdana usai dilantik sebagai Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, Minggu (20/10/2024).
“Kita sebagai pemimpin politik jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik, yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas, padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya,” ucapnya.
Baca Juga:Polda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di KupangSelamat Hari Radio Republik Indonesia
“Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20, kita merasa bangga bahwa kita ekonomi ke-16 terbesar di dunia. Tapi apakah kita sungguh-sungguh paham dan melihat gambaran yang utuh dari keadaan kita. Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar,” ujarnya.
“Apakah kita sadar bahwa rakyat dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi. Banyak rakyat kita yang tidak dapat pekerjaan yang baik, banyak sekolah-sekolah kita yang tidak terurus, kita harus berani untuk melihat ini semua, dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua,” tegasnya.
“Saya mengajak kita semua marilah kita berani melihat kenyataan, kita boleh bangga dengan prestasi kita, tapi marilah jangan kita tertegun, jangan terlalu cepat puas dan gembira dan menutup mata kita terhadap penderitaan saudara-saudara kita.”
“Kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung onta yang kalau melihat sesuatu tidak enak dia memasukkan kepala ke dalam tanah. Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan gagah. Mari kita menghadapi kesulitan dengan berani. Marilah kita berhimpun, mari kita bersatu untuk mencari solusi-solusi, mencari jalan keluar, dari ancaman dan bahaya tersebut,” tegasnya. (*)