Sempat dinarasikan lari dan sembunyi selama berbulan-bulan dalam terowongan-terowongan di Jalur Gaza oleh IDF, Yahya Sinwar, ternyata terbunuh secara tidak sengaja selama penyisiran rutin yang dilakukan tentara Israel pada Kamis (17/10/2024). Laporan media Israel mengungkapkan bahwa, Sinwar terbunuh dalam konfrontasi langsung di lapangan terbuka.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pasukan dari unit Bislach milik tentara Israel sedang melakukan penyisiran rutin di Rafah, di mana mereka menduga ada beberapa orang di dalam sebuah gedung yang dipasangi jebakan. Laporan tersebut mengatakan bahwa tentara Israel melepaskan tembakan artileri dan tembakan gencar ke gedung tersebut, hingga menewaskan tiga anggota Hamas, tanpa mengetahui bahwa Sinwar ada di antara mereka.
Setelah beberapa saat, para prajurit mulai menyisir gedung tersebut. Dua granat dilemparkan di mana satu meledak sedangkan yang lain tidak, menurut laporan tersebut.
Baca Juga:Polda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di KupangSelamat Hari Radio Republik Indonesia
“Pasukan itu mundur dan mengirim sebuah pesawat nirawak, yang mendeteksi seorang korban luka, dengan wajah tertutup, duduk di sebuah ruangan dan berusaha menjatuhkan pesawat nirawak tersebut dari udara dengan tongkat.”
Ketika para prajurit mendekati jasad para pejuang Palestina tersebut, mereka melihat bahwa salah satu dari mereka sangat mirip dengan Sinwar. Serupa dengan laporan Yedioth Ahronoth, surat kabar Haaretz menyatakan bahwa kematian Sinwar adalah “kebetulan.”
“Tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan keberadaan Sinwar. Apa yang terjadi adalah kebetulan,” katanya.
Channel 12 Israel membagikan foto barang-barang milik Sinwar yang ditemukan setelah kematiannya, yaitu tasbih, dua buku doa kecil, paspor, peluru, senter kecil, permen mint, pemotong kuku, dan uang tunai.
Misi diplomatik Iran di PBB menyebut Yahya Sinwar akan menjadi sumber inspirasi bagi pemuda dan anak-anak Palestina untuk terus melanjutkan perjuangan kemerdekaan Palestina. Iran pun membandingkan keberanian Yahya Sinwar hingga embusan napas terakhirnya dengan saat Presiden Irak Saddam Hussein menyerah di tangan tentara Amerika Serikat (AS).
“Saat pasukan AS menyeret Saddam Hussein keluar dari lubang bawah tanah, dia memohon kepada mereka untuk tidak membunuhnya meski saat itu dia memegang senjata. Mereka yang menganggap Saddam sebagai panutan seorang pejuang akhirnya membubarkan diri,” demikian pernyataan misi diplomatik Iran di PBB di New York lewat unggahan di X, dilansir IRNA, pada Jumat (18/10/2024).