“Dari nama-nama yang dipanggil dan diproyeksikan menjadi menteri dan wakil menteri, terlihat bahwa jumlahnya sangat minim bahkan tidak sampai 20 persen ya dari harapan keterwakilan perempuan 30 persen. Tentu itu sangat disayangkan,” kata Titi di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, idealnya jumlah keterwakilan perempuan semakin menguat dari pemerintahan sebelumnya ke pemerintahan berikutnya. “Tapi justru kalau dari sisi perkembangan terbaru, keterwakilan perempuan di Kementerian mengalami penurunan,” kata Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) tersebut.
Titi berharap situasi itu bukan indikasi bahwa isu keterwakilan perempuan tidak penting di pemerintahan yang baru. Menurut dia, ketika jumlah perempuan di posisi-posisi strategis pemerintahan semakin rendah. (*)