Sejumlah media Israel melaporkan, klaim pembunuhan Yahya Sinwar bermula dari insiden di mana tentara Israel mengidentifikasi tiga pria bersenjata di Tal as-Sultan, sebuah daerah di Rafah di selatan Jalur Gaza.
Mereka menyerang ketiga pria bersenjata tersebut dan membunuh mereka, dan baru pada saat itulah mereka curiga bahwa salah satu pejuang tersebut sebenarnya adalah Yahya Sinwar. Menurut beberapa laporan, jenazahnya telah dibawa kembali ke Israel.
Sekarang mereka berada di Yerusalem untuk melakukan tes DNA guna memastikan identitas pejuang tersebut. Ada indikasi kuat, setidaknya di media Israel hampir yakin itu adalah Yahya Sinwar.
Baca Juga:Polda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di KupangSelamat Hari Radio Republik Indonesia
Times of Israel melansir, Kantor Perdana Menteri Binyamin Netanyahu mengatakan perdana menteri mengarahkan sekretaris militernya untuk menginstruksikan IDF untuk memberi tahu keluarga para sandera bahwa tidak ada tanda-tanda bahaya pada sandera selama insiden baru-baru ini di Gaza di mana seorang pejuang yang sangat mirip dengan pemimpin Hamas Yahya Sinwar ditemukan.
Komentator politik Israel Ori Goldberg mengatakan kepada Aljazirah, kemungkinan terbunuhnya Sinwar adalah “peristiwa yang berarti” bagi Israel sehingga tentara tidak akan mau mengumumkannya secara resmi sampai mereka “yakin 105 persen”.
“Jika Israel berhasil membunuh Yahya Sinwar, itu mungkin satu-satunya peristiwa di lapangan yang berpotensi membuat Israel berhenti membinasakan Gaza. Itu adalah pencapaian simbolis yang dicari Israel,” kata Goldberg kepada Al Jazeera.
“Israel pada akhirnya berperang di Gaza tanpa rencana yang jelas kecuali membunuh sebanyak mungkin agen Hamas dan menghancurkan sebanyak mungkin… sebanyak mungkin,” tambahnya.
Yahya Sinwar yang sebelumnya menjabat sebagai kepala militer Hamas terakhir terekam pada 10 Oktober tahun lalu. Perburuan Sinwar selama hampir setahun telah melibatkan kombinasi teknologi canggih dan kekerasan. Israel telah menunjukkan diri mereka siap melakukan apa pun, termasuk menimbulkan korban sipil yang sangat tinggi, membunuh pemimpin Hamas, dan menghancurkan lingkaran ketat di sekitar Sinwar.
Yahya Sinwar, yang ditunjuk sebagai pemimpin Hamas pada bulan Agustus, disebut mengarahkan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, tanpa merahasiakan keinginannya untuk menyerang Israel, negara yang memenjarakannya selama hampir separuh masa dewasanya. Bagi Sinwar, perjuangan bersenjata tetap menjadi satu-satunya cara untuk memerdekakan Palestina, kata empat pejabat Palestina dan dua sumber dari pemerintah di Timur Tengah.