SEBANYAK 59 calon wakil menteri (wamen) dan calon kepala badan telah bertemu dengan presiden terpilih Prabowo Subianto di kediamannya di Jalan Kertanegara IV, Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2024. Dari puluhan calon pejabat negara itu, ada sejumlah aktivis 98. Siapa saja mereka?
1. Budiman Sudjatmiko
Aktivis 98 sekaligus mantan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengatakan dia mendapat perintah untuk memberantas kemiskinan di Tanah Air. “Pak Prabowo meminta saya agar menemani beliau secara reguler di kompleks Istana untuk mengkoordinasikan bagaimana cara memberantas kemiskinan,” katanya di Kertanegara, Selasa, 15 Oktober 2024.
Pada 1996, Budiman mendeklarasikan Partai Rakyat Demokratik alias PRD. Namun, karena mendirikan partai ini, dia dipenjara pemerintah Orde Baru. Kala itu Budiman dianggap sebagai dalang insiden peristiwa 27 Juli 1996 yang dikenal dengan nama Sabtu Kelabu, insiden penyerbuan kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro, Jakarta.
Baca Juga:Polda NTT Tegas PTDH Terhadap Ipda Rudy Soik Tidak Terkait Mafia BBM di KupangSelamat Hari Radio Republik Indonesia
Namun, karena kemenangan gerakan demokrasi, Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun. Ia diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 10 Desember 1999. Peristiwa itu juga membuatnya dikenal sebagai dalang dari gerakan menentang Orde Baru.
2. Nezar Patria
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan menerima arahan dari presiden terpilih Prabowo Subianto mengenai bidang teknologi saat agenda pemanggilan para calon wakil menteri (wamen) di kediaman Prabowo.
Menurut dia, Prabowo menyampaikan bahwa saat ini Indonesia menghadapi tantangan-tantangan ke depan. “Ada masalah energi, pangan, lalu dunia yang terkoneksi semakin intens ya dengan teknologi gitu ya, sehingga dibutuhkan kecakapan, kita semua dalam mengelola tantangan-tantangan ini,” kata Nezar setelah meninggalkan rumah Prabowo. Meski begitu, ia masih enggan menjelaskan jabatan yang akan diembannya mendatang.
Nezar Patria merupakan putra tokoh pers Aceh yang juga pemilik surat kabar Serambi Indonesia, Sjamsul Kahar. Namanya mulai dikenal setelah menjadi Sekretaris Jenderal Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).
Ia juga merupakan salah seorang korban penculikan Tim Mawar Kopassus yang dialami pada 13 Maret 1998 di rumah susun Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Nezar pernah menceritakan pengalaman traumatis itu kepada Majalah Tempo yang dituangkan dalam artikel berjudul Di Kuil Penyiksaan Orde Baru edisi Senin 4 Februari 2008.