SEPULUH nelayan Vietnam diserang dan dirampok dengan kejam di perairan Laut China Selatan (LCS) yang disengketakan. Penyerangan ini dilaporkan oleh media pemerintah pada Rabu (2/10/2024).
Para nelayan pria tersebut dilaporkan dipukuli dengan jeruji besi, dengan ikan dan peralatan senilai ribuan dolar dirampas pada Minggu, 29 September, di lepas pantai Kepulauan Paracel. Ini merupakan sebuah kepulauan di jalur air kaya sumber daya yang diklaim oleh China, Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia, dan Brunei.
Media Vietnam tidak mengidentifikasi kewarganegaraan para penyerang. Tetapi Phung Ba Vuong, seorang pejabat di provinsi Quang Ngai bagian tengah, mengatakan para penyerang berasal dari kapal-kapal berbendera China.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
“Mereka orang China, (kapal-kapal itu) berbendera China,” katanya, seperti dikutip AFP.
Menurut surat kabar milik pemerintah Tien Phong, 4 dari 10 awak Vietnam dilarikan ke rumah sakit pada Senin setelah tiba di pelabuhan Quang Ngai. Laporan mengatakan para pria tersebut diserang oleh sekitar 40 orang selama tiga jam.
“Dengan mengenakan pakaian kotak-kotak, mereka memukuli kami dengan jeruji besi,” kata kapten Nguyen Thanh Bien, menambahkan bahwa ia jatuh pingsan selama sekitar satu jam setelah serangan itu.
Rekaman di situs web Tien Phong memperlihatkan para nelayan dibawa dari perahu mereka dengan tandu. Satu orang mengalami patah kaki dan dua lainnya mengalami patah lengan.
“Kapten Bien memberi tahu pihak berwenang bahwa peralatan dan ikan senilai sekitar US$20.000 (sekitar Rp 305 juta) telah dicuri dalam serangan itu,” muat laporan itu lagi.
Dalam insiden terpisah pada hari Minggu, surat kabar Tien Phong juga mengatakan kapal nelayan Vietnam lainnya di Kepulauan Paracel dirampok. Kerugian bahkan mencapai US$12.200, berupa peralatan dan ikan.
Pejabat partai Vuong, yang mengepalai komite rakyat Binh Chau, komune tempat para nelayan itu tinggal, menunjuk China sebagai pelaku. Di laman media sosial (medos) Facebook, ia mengatakan bahwa dirinya “sangat menentang tindakan biadab oleh China”.
Baca Juga:Jokowi: Tanggal Pelantikan 20 Oktober, Saat Itu Bapak Prabowo Milik Seluruh Rakyat Indonesia Bukan GerindraRapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada Prasangka
Ketika dimintai komentar tentang insiden itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa “laporan yang dimaksud tidak sesuai dengan fakta”. Tetapi mengakui bahwa insiden itu memang terjadi.