Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat, menjelaskan bahwa tradisi Panjang Jimat merupakan simbol penghormatan terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW.
“Tradisi ini memperlihatkan simbol-simbol penting, seperti kembang goyah yang mewakili ari-ari. Selanjutnya menggambarkan air ketuban, sebagai simbol kelahiran anak manusia,” ujar Pangeran Raja Goemelar.
Pangeran menambahkan bahwa tradisi Panjang Jimat telah dilaksanakan secara turun-temurun sebagai amanah leluhur yang harus dilestarikan.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
“Peringatan Maulid Nabi ini menjadi pengingat kita terhadap Nabi Muhammad SAW, yang merupakan nabi terakhir dan menerima perintah salat lima waktu dari Allah SWT,” tambahnya.
Patih Sepuh berharap, tradisi panjang jimat atau pelal dapat terus dilestarikan jangan sampai punah. “Ya harapannya tradisi ini harus selalu dilestarikan oleh keraton yang ada di Cirebon,” harapnya.
Acara ini diakhiri dengan doa bersama, yang menandakan harapan agar tradisi ini terus dijaga dan dihormati sebagai warisan budaya sekaligus peringatan spiritual.
Sebagai informasi, prosesi panjang jimat di mulai pukul 20.30 WIB diawali dengan sambutan Patih Pangeran Raja Muhammad Nusantara dihadapan para tamu undangan.
Beberapa saat kemudian, iring-iringan abdi dalem berbaju putih dan hitam keluar dari dalam bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan dengan membawa payung, kemudian satu persatu para abdi dalam membawa lilin dan piring-piring panjang jimat yang dibungkus kain.
Para abdi dalam yang membawa piring panjang jimat tersebut selanjutnya menuju langgar Alit yang berada di depan Kraton Kasepuhan untuk digelar pembacaan kitab barzanji.
Acara berlangsung khidmat dan dihadiri Forkopimda Kota Cirebon, tokoh ulama, serta ribuan warga yang berasal dari Cirebon dan luar kota Cirebon. (*)