Pasukan intelijen Israel sebelumnya telah menempatkan bahan peledak di ponsel pribadi untuk menargetkan musuh, menurut buku “Rise and Kill First” 2018. Para peretas juga telah menunjukkan kemampuan untuk menyuntikkan kode berbahaya ke dalam perangkat pribadi, menyebabkan perangkat tersebut menjadi terlalu panas dan meledak dalam beberapa kasus.
Apa kata pemerintah Lebanon?
Kementerian Luar Negeri Lebanon menyebut ledakan itu sebagai “serangan siber Israel,” tetapi tidak memberikan rincian tentang bagaimana mereka mencapai kesimpulan itu.
Menteri Informasi Lebanon mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan serangan terhadap kedaulatan Lebanon.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
Militer Israel menolak untuk menanggapi pertanyaan Reuters mengenai ledakan pager tersebut.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Washington sedang mengumpulkan informasi dan tidak terlibat. Pentagon mengatakan tidak ada perubahan dalam postur pasukan AS di Timur Tengah setelah insiden tersebut.
Apa implikasi konflik Israel-Hizbullah?
Para analis melihat adanya ancaman eskalasi antara Israel dan Hizbullah, yang telah saling bertukar tembakan lintas batas sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Gaza pada Oktober lalu.
Namun para ahli lebih skeptis, untuk saat ini, tentang potensi memicu perang Israel-Hizbullah yang akan segera terjadi, yang telah dicegah oleh AS dan diyakini tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
Matthew Levitt, mantan wakil direktur kantor intelijen Departemen Keuangan AS dan penulis buku tentang Hizbullah, mengatakan bahwa ledakan pager tersebut dapat mengganggu operasi Hizbullah selama beberapa waktu.
Jonathan Panikoff, mantan wakil kepala intelijen nasional AS untuk Timur Tengah, mengatakan bahwa Hizbullah mungkin meremehkan “kegagalan kontra-intelijen terbesar dalam beberapa dekade terakhir”, namun ketegangan yang meningkat pada akhirnya dapat meletus menjadi perang berskala penuh jika diplomasi terus gagal. (*)