Bagian ekor dari mumi ini diyakini berasal dari spesies ikan croaker, sejenis ikan bersirip pari yang dikenal dengan suara khas yang dihasilkannya melalui kantung renangnya untuk mengatur daya apung.
Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa sisik ikan tersebut berasal dari awal 1800-an, lebih lambat dari klaim dalam surat yang menyertai mumi tersebut.
Temuan ini mengarah pada kesimpulan bahwa mumi ini dibuat sebagai alat penipuan untuk memperkuat kepercayaan pada Ningyo dan kekuatannya dalam penyembuhan.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
Namun, proses pembuatannya menunjukkan dedikasi luar biasa dari pembuatnya, yang tampaknya menggabungkan bahan-bahan alami dan buatan dengan teknik canggih untuk menciptakan ilusi yang meyakinkan.
Para peneliti dari KUSA berencana untuk memeriksa 14 mumi “putri duyung” lainnya yang ditemukan di Jepang untuk menentukan apakah terdapat kesamaan dengan mumi yang satu ini.
Fakta bahwa mumi-mumi tersebut tersebar di berbagai lokasi menunjukkan bahwa pembuatan makhluk seperti ini mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya. (*)