SEBAGIAN warga yang ditinggal di Kota dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dikejutkan dengan getaran gempa bumi magnitudo (M)5,3 yang terjadi pada Minggu sekitar pukul 16.54 WIB.
“Belum ada informasi kerusakan, gempa sempat mengejutkan sebagian warga,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi Medi Abdul Hakim di Sukabumi, Minggu.
Data dari BMKG, gempa M5,3 berlokasi di 7.81 LS, 106.55 BT di 91 km selatan Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 10 km.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
Sebelumnya diberitakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadikan pemetaan forensik kebencanaan hal yang penting dilakukan sebagai cara untuk mendapat gambaran kapan datangnya bencana di sebuah wilayah, termasuk gempa dan tsunami.
“Umumnya untuk gempa dan tsunami diketahui siklusnya akan terjadi dalam berapa ratus tahun atau bahkan ribuan tahun dari kejadian sebelumnya,” kata Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Udrekh dalam siniar yang diikuti di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan pemetaan dalam forensik kebencanaan berbeda dan lebih kompleks dibandingkan pemetaan bencana konvensional, karena tujuannya untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap.
Pada pemetaan forensik gempa dan tsunami misalnya, yang melibatkan banyak ahli seperti ahli geologi, hidrologi, kimia, oceanologi, geodesi, spasial, sosiologi, DVI, hingga ilmu tanah.
Menurut dia, semakin banyak ahli yang terlibat maka banyak pula bukti-bukti relevan yang dapat diteliti dan hasilnya akan lebih baik informatif.
Karena harus bisa lihat bukti-bukti yang relevan itulah, kata dia, pemetaan forensik kebencanaan ini dilakukan pada saat kejadian dan waktu penelitiannya cukup lama.
“Ahli butuh memeriksa sampel bagian sedimen laut yang terbawa ke darat karena tsunami untuk diukur, lalu dihitung dengan teknologi kimia karbon misalnya. Itulah yang menyebabkan kita bisa merekonstruksi sebuah kejadian dengan baik. Tuhan itu menyingkapkan pengetahuan dia melalui sebuah kejadian,” kata ahli seismologi lulusan Universitas Tokyo, Jepang ini.
Baca Juga:Jokowi: Tanggal Pelantikan 20 Oktober, Saat Itu Bapak Prabowo Milik Seluruh Rakyat Indonesia Bukan GerindraRapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada Prasangka
Dia menyebutkan pemetaan dalam forensik kebencanaan tersebut tidak hanya dilakukan untuk mendapat gambaran bencana gempa dan tsunami, tapi juga seperti gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor, hingga untuk kebakaran hutan.