“Kita ini bingung ketika Timnas kita berjuang hasilnya baik membawa nama Merah Putih. Semuanya bersatu, rakyatnya mendukung bisa dilihat Merah Putih kita bisa berkibar rasa kebangsaan kita juga besar. Ada saja orang yang berusaha untuk mengurusinya dan dengan isu-isu,” kata Arya, Jumat (13/9).
“Bisa kami jelaskan ini yang pasti pemain diaspora itu mereka itu punya darah Indonesia bahkan ada bapak atau ibunya itu orang Indonesia orang Maluku atau orang Manado asli itu kok bisa-bisanya mempertanyakan mereka dan kebangsaan mereka,” ujar Arya, menambahkan.
Arya menambahkan, para pemain diaspora itu sudah diurus oleh PSSI sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Mereka mendapatkan status kewarganegaraan Indonesia dan juga pindah federasi dari negara asalnya menjadi federasi Indonesia.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
“Dan yang pasti ketika masuk Indonesia dia pakai paspornya Indonesia dan ketika keluar dari Indonesia dia juga pakai paspornya Indonesia,” tegas Arya.
Untuk regenerasi timnas, menurut Arya, juga sudah dilakukan PSSI mulai U-17, bahkan timnas U-19 baru saja menjuarai Piala AFF. Timnas U-23 bahkan sempat masuk empat besar di Piala Asia dan nyaris lolos ke Olimpiade Paris 2024.
“Jadi tolong ayo kita bangga terus dengan timnas kita, bangga terus dengan merah putih jangan cari alasan dan mengaburkan sesuatu yang sudah baik bagi bangsa kita,” tutupnya.
Pengamat sepak bola Indonesia Kesit Budi Handoyo tak mempermasalahkan dengan cukup banyaknya pemain naturalisasi di Timnas Indonesia saat ini. Apalagi pemain tersebut punya keturunan darah Indonesia dan mampu ‘mengatrol’ prestasi Timnas Indonesia.
“Faktanya begitu, saat ini skuad timnas memang banyak diisi pemain naturalisasi. Yang terpenting, pemain-pemain yang dinaturalisasi benar-benar punya darah keturunan Indonesia. Harus juga ditegaskan bahwa mereka memang benar-benar ingin membela timnas yang merupakan tanah kelahiran leluhurnya,” ujar Kesit, Jumat.
Namun Kesit menambahkan, proyek naturalisasi pemain harus tetap ada batasnya. Batasan itu penting agar PSSI juga segera melakukan pembinaan berkesinambungan dan berjenjang, termasuk memperbaiki mutu kompetisi agar dapat bersaing di level Asia.
Kesit mengakui saat ini pemain lokal Indonesia belum mampu bersaing di tingkat Asia. “Kalau untuk saat ini, pemain-pemain lokal hasil kompetisi dalam negeri masih sulit bersaing. Secara kualitas mereka masih belum bisa diharapkan,” kata Kesit.