DEBAT sengit antara Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris dan mantan presiden Donald Trump pada Selasa (10/9) malam membahas isu ekonomi, imigrasi, aborsi, demokrasi dan perubahan iklim. Awal debat, Trump dan Harris saling berjabat tangan. Tak lama, keduanya saling adu argumen berulang kali selama lebih dari 90 menit.
Bahkan sang wakil presiden memancing mantan presiden tersebut agar memberikan tanggapan serius terhadap tuntutan pidana yang dihadapinya. Tidak mau kalah, Trump menggambarkan Harris sebagai kandidat sayap kiri yang akan menerapkan kebijakan perbatasan terbuka, melarang fracking, dan menyita senjata rakyat. Trump juga menghubungkan Harris dengan Presiden Joe Biden dan menggambarkan mereka sebagai politisi yang pada dasarnya memiliki tipe yang sama.
Setelah debat pertama, Partai Demokrat di seluruh negeri menarik napas lega. Harris, berdasarkan konsensus luas, jelas merupakan pemenang. “Jangan salah, Trump mengalami malam yang buruk,” kata Brit Hume dari Fox News setelahnya. “Menurutku, dia keluar dalam kondisi yang cukup baik,” sebutnya.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
Prediksi online Polymarket menunjukkan 97% kemungkinan bahwa perdebatan tersebut akan membantu Harris dalam jajak pendapat. Prediksi pasar biasanya hanya mencerminkan kebijaksanaan konvensional. Namun hal ini menunjukkan bahwa sangat sedikit orang yang mau mempertaruhkan uang bahwa perdebatan ini akan membantu Trump.
Kebijaksanaan konvensional penting, karena pemenang perdebatan tidak hanya ditentukan oleh yang terjadi di atas panggung, tetapi juga oleh ‘perang’ yang terjadi setelahnya. Narasi mengenai pihak yang menang, seperti pemikiran kelompok di kalangan komentator, terus menerus dibahas pada hari-hari setelah debat. Dalam hal ini, narasi tersebut ialah Harris menang dengan memberikan umpan kepada Trump secara efektif.
Masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa besar dampak perdebatan ini terhadap kontestasi Pilpres AS 2024. Meskipun para pengamat politik hampir sepakat bahwa Trump kalah, setidaknya ada kemungkinan bahwa para pemilih yang belum memilih akan memiliki pendapat yang berbeda.
Namun, tanda-tanda awal menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki kesimpulan yang sama. Kelompok fokus Washington Post yang terdiri dari 24 pemilih di negara bagian yang masih ragu-ragu menemukan bahwa 22 orang berpendapat Harris berkinerja lebih baik. Sementara jajak pendapat pasca-debat CNN menemukan bahwa 63% pengamat debat berpendapat Harris menang.