Paes kemudian menceritakan bagaimana perjalanan sang nenek selama masa Perang Dunia II, tinggal di kamp-kamp Spanyol dan Jepang, hingga menaiki sebuah kapal untuk pulang ke Belanda.
“(nenek) Lahir di sana, tinggal di sana selama 5-6 tahun dan kemudian Perang Dunia II pecah. Kemudian dia selama beberapa tahun berada di kamp-kamp Spanyol-Jepang. Dan kemudian setelah itu, setelah beberapa tahun, dia kembali ke Belanda dengan menaiki sebuah kapal,” terangnya.
Kisah berlanjut dengan cerita nenek Maarten Paes yang kembali ke Indonesia. Berdasarkan penuturan sang pemain, nenek Paes lalu harus merasakan kehilangan ibu ketika terjadi perang.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
“Dan kemudian dia kembali untuk beberapa tahun dan kemudian dia kembali ke Belanda. Itu adalah bagian dari sejarah. Tapi dia selalu berbicara dengan rasa syukur tentang waktunya disana terutama waktu sebelum perang.
“Ketika waktu perang, dia kehilangan ibunya di tempat perisolasian. Dia selalu berbicara dengan rasa hormat yang tinggi terhadap bangsa dan negara. Dia memiliki pengaruh yang sangat besar dalam hidup saya. Itulah mengapa ini (membela Timnas Indonesia) seperti sebuah penghargaan untuknya,” beber Paes.
Maarten Paes tampil gemilang di bawah mistar gawang Timnas Indonesia pada hari Selasa, (10/9/2024), di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Gawang kawalan Paes sulit dibobol lawan. Alhasil, duel Timnas Indonesia vs Australia dalam game week kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 ronde 3 berkesudahan imbang tanpa gol alias 0-0.
Kiper asal klub FC Dallas (Liga Major League Soccer/MLS) itu berkali-kali mementahkan tendangan pemain Australia. Paes sukses mengawal gawang Timnas dan tidak kebobolan kontra Socceroos. Perhatian publik lantas tertuju pada aksi heroik Maarten Paes. Pujian lantas datang dari sang juru taktik skuad Garuda.
“Pertandingan pertama (vs Arab Saudi) dan kedua (vs Australia) sama, Maarten bermain sangat baik dan sebagai pemain paling belakang, memimpin timnya dengan baik,” terang Shin Tae-yong, arsitek Timnas, seperti dikutip laman federasi. (*)