“Jika tidak siap dan waspada, kita dapat saja tergilas dalam kompetisi global yang tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Berbaurnya ancaman militer dan non-militer mendorong terciptanya dilema geopolitik dan geostrategis global yang sulit diprediksi dan diantisipasi,” jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Alumni Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) ini menambahkan, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan tingkat kemajemukan yang sangat heterogen, juga menghadapi potensi ancaman dalam negeri yang mewujud dalam bentuk gangguan. Seperti separatisme, terorisme, konflik komunal, radikalisme, ancaman keamanan maritim dan kejahatan transnasional (lintasbatas).
Kejahatan transnasional merupakan salah satu dari tiga jenis kejahatan non konvensional yang meningkat pesat. Dua kejahatan non konvensional lain adalah kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan dengan implikasi kontinjensi yang mengganggu aspek-aspek keamanan, politik, sosial, ekonomi, serta meresahkan masyarakat yang terjadi secara mendadak dan sulit diprediksi.
Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia
“Karenanya, dibutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa dan memberi solusi menghadapi tantangan global. Termasuk memiliki kompetensi dan kemampuan untuk menyatukan kemajemukan serta membangun soliditas dalam ikatan kebangsaan guna membangun Indonesia menjadi negara maju dan unggul,” pungkas Bamsoet. (*)