Korea Utara menjadi semakin khawatir tentang budaya Korea Selatan, yang dipandang sebagai dekaden dan anti-revolusioner, menular ke para remaja. Warga yang ketahuan menonton film asing akan dikirim ke pusat tenaga kerja disiplin menurut sumber Hyesan.
Jika tertangkap lagi, akan dikirim ke kamp kerja paksa pemasyarakatan selama lima tahun bersama orang tua mereka, yang harus bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak yang tidak benar. Tapi jika mereka ketahuan mendistribusikan atau menjual film drama Korea Selatan, mereka bisa menghadapi hukuman mati, meski masih di bawah umur.
Eksekusi tujuh orang karena nonton maupun mendistribusikan video Pop Korea Selatan atau K-Pop
Baca Juga:UMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke IndonesiaJokowi: Tanggal Pelantikan 20 Oktober, Saat Itu Bapak Prabowo Milik Seluruh Rakyat Indonesia Bukan Gerindra
Sebelumnya, Kim Jong Un juga tercatat telah mengeksekusi sedikitnya tujuh orang Korea Utara yang kedapatan menonton atau mendistribusikan video K-Pop. Eksekusi dilakukan selama 10 tahun terakhir Kim Jong Un berkuasa.
Temuan ini diungkapkan oleh sebuah kelompok hak asasi manusia Transitional Justice Working Group (TJWG). Organisasi yang berbasis di Korea Selatan mewawancarai 638 pembelot Korea Utara sejak 2015. Mereka berupaya memetakan lokasi dan jumlah eksekusi di Korea Utara.
TJWG mencantumkan berbagai pelanggaran yang dapat dihukum mati, termasuk menonton atau mendistribusikan video dari Korea Selatan. Larangan berlaku terutama untuk video musik populer dari Korea Selatan, yang dikenal sebagai K-pop.
Kelompok itu mencatat setidaknya satu contoh yang dilaporkan baru-baru ini tentang seorang pria yang dieksekusi karena menjual CD dan USB secara ilegal yang berisi film, drama, dan video musik Korea Selatan. Sementara enam dari kasus serupa diduga terjadi antara 2012 dan 2014.
Eksekusi 15 pejabat karena menentang kekuasaan Kim Jong Un
Pada 2015, sebanyak 15 pejabat tinggi Korea Utara telah dieksekusi mati sepanjang tahun itu. Kim Jong Un memerintahkan eksekusi tersebut atas tuduhan menentang kekuasaannya. Sejak mengambil alih pemerintahan, Kim Jong Un disebut melakukan sejumlah perubahan termasuk mengeksekusi mati orang-orang yang berseberangan dengannya.
Pada Januari 2015, seorang wakil menteri kabinet meregang nyawa setelah mempertanyakan kebijakan Kim Jong-un di bidang kehutanan. Sebulan kemudian, seorang pejabat di pemerintahan juga dieksekusi mati karena menolak rencana Kim Jong Un untuk membangun gedung yang diberi nama bunga setelah nama kakeknya pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.