KUNJUNGAN Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 dinilai bisa menjadi momentum menekan masalah kesenjangan sosial di tanah air, sebab pimpinan Gereja Katolik Dunia itu sangat peduli pada persoalan ketimpangan, ketidaksetaraan dan kemiskinan di dunia.
Hal tersebut ditekankan ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto di Depok, Jawa Barat, Sabtu.
Menurutnya, isu ketimpangan adalah permasalahan global yang juga mengancam Indonesia. Oleh karena itu, ia berterima kasih karena tokoh dunia sekelas Paus begitu perhatian mengangkat masalah ini menjadi isu bersama.
Baca Juga:Jokowi: Tanggal Pelantikan 20 Oktober, Saat Itu Bapak Prabowo Milik Seluruh Rakyat Indonesia Bukan GerindraRapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada Prasangka
Lebih jauh Teguh menjelaskan meski ketimpangan di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) secara umum masih dalam konteks moderat yaitu 0,379 pada 2024, perlu dilihat lebih mendalam dan rinci karena terdapat masalah yang lebih besar. Contohnya dari sisi ketimpangan kepemilikan aset.
“Studi yang saya lakukan terkait dengan ketimpangan aset tanah di Indonesia ini cukup miris. Ternyata sekitar 56 persen petani di Indonesia merupakan petani gurem di mana luas tanahnya hanya 1.800 meter persegi, itu tidak cukup untuk menopang kebutuhan hidup. Sementara sekitar 6 persen petani kaya itu menguasai tanah sekitar rata-rata 5,4 hektare,” kata Teguh.
Menurutnya, hal tersebut mengartikan dari kepemilikan aset tanah ini sudah sangat timpang. Alhasil orang miskin dari kalangan petani akan sulit bangkit dan tumbuh.
Contoh berikutnya adalah kesenjangan aset finansial. Dari studi yang dilakukan Teguh menunjukkan bahwa ada 305 juta rekening atau 98,2 persen dari total rekening di Indonesia hanya menguasai sekitar 14 persen dari total tabungan. Di sisi lain, sekitar 0,03 persen atau 103.000 rekening menguasai 47,5 persen total tabungan dengan rerata nilai tabungan sebanyak Rp5 miliar.
Ada pula kesenjangan atau ketimpangan kesempatan bagi anak-anak Indonesia untuk mengakses pendidikan berkualitas.
Dia mengatakan kesempatan anak-anak di wilayah Jabodetabek tidak setara dengan banyak anak lainnya di luar wilayah tersebut untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Kesenjangan akses pendidikan ini bisa dikatakan menjadi isu ketimpangan yang paling penting. Sebab, pendidikan berkualitas akan semakin bisa mengakumulasi pengetahuan, finansial dan aset ke depan.