KEPUTUSAN Toyota untuk menghentikan penjualan Fortuner di Selandia Baru mengejutkan banyak pihak. Namun, alasan di balik keputusan ini bukanlah karena performa penjualan yang buruk, melainkan karena strategi perusahaan untuk beralih ke kendaraan elektrifikasi.
“Dalam fokus kami untuk menyediakan serangkaian powertrain berlistrik dan menurunkan emisi, kami memutuskan untuk tidak lagi menawarkan Fortuner di Selandia Baru,” ungkap perwakilan merek.
Berbeda dengan tetangganya, Toyota Australia menyatakan bahwa tidak ada perubahan rencana dalam lini kendaraan mereka. Dengan demikian, SUV tangguh ini masih dijual di negeri kanguru.
Baca Juga:Jokowi: Tanggal Pelantikan 20 Oktober, Saat Itu Bapak Prabowo Milik Seluruh Rakyat Indonesia Bukan GerindraRapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada Prasangka
Melansir CarExpert, Selasa, 3 September, salah satu perwakilan merek mengonfirmasi model tersebut tetap tersedia di Australia meskipun SUV ini menjadi salah satu kendaraan dengan penjualan terendah secara lokal.
Pada tahun 2023, Toyota berhasil mengirimkan sebanyak 3.619 unit Fortuner ke pelanggan Australia mengalahkan Yaris (2.098 unit), GR86 (1.144 unit), dan model lainnya.
Tidak seperti di Selandia Baru, model tersebut justru kurang populer di Australia bila dibandingkan dengan Ford Everest yang berhasil terjual sebanyak 15.071 unit serta Isuzu MU-X hingga 14.139 unit pada perolehan tahun lalu.
Di pasar Australia, Toyota Fortuner dibangun di atas platform yang sama seperti HiLux dan bergabung bersama Kluger, LandCruiser, dan LandCruiser Prado dalam jajaran mobil SUV tangguh.
Selain itu, Australia akan menyambut kehadiran LandCruiser Prado terbaru yang menawarkan dimensi lebih besar dengan teknologi hybrid namun dengan harga yang lebih mahal dari sebelumnya.
Toyota telah mengumumkan bakal memberi sistem hybrid ke sebagian besar modelnya di pasar Australia. Sayangnya, masih belum dipastikan apakah salah satunya merupakan Fortuner atau tidak. (*)