ANIES Baswedan berbicara tentang kegagalannya menjadi kontestan pada Pilkada 2024, baik di Jakarta maupun di Jawa Barat pada Jumat (30/8/2024). Pernyataan itu diunggah di Youtube pribadinya yang diberi judul ‘Catatan Anies Pasca Pilpres dan Pendaftaran Pilkada 2024’.
Selain substansi dari apa yang disampaikan secara verbal, ada sesuatu yang menarik ditampilkan dalam video tersebut. Dalam pernyataan terbuka itu, ada lukisan dan replika pusaka Pangeran Diponegoro ikut terpampang sebagai latar belakang. Satu lagi, ada ‘Golden Play Button’, yang berarti Youtube miliknya telah mencapai 1 juta subscribers.
Tiga barang itu memang benda mati. Tapi menjadi sangat ‘berbicara’ ketika ditampilkan dalam sebuah pernyataan politik. Terlebih, replika pusaka Pangeran Diponegoro yang namanya Tongkat Kanjeng Kiai Cokro.
Baca Juga:Rapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada PrasangkaPusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus Mpox
Anies punya cerita dengan benda pusaka itu. Tongkat pusaka Pangeran Diponegoro itu berbentuk setengah lingkaran atau Cakra, yang disimpan selama 183 tahun oleh keluarga Baud di Belanda dan telah dikembalikan ke Pemerintah Indonesia pada 2015, atau saat Anies menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Artinya, Anies merupakan orang Indonesia pertama yang memegang pusaka Pangeran Diponegoro itu.
Dalam laman resmi Kemendikbud tertulis, Anies Baswedan mewakil Pemerintah Indonesia menerima secara langsung pusaka Pangeran Diponegoro dari Keluarga Baud. Penyerahan tersebut dilakukan pada acara pembukaan pameran lukisan “Aku Diponegoro”.
“Saya bersyukur, bangga, dan terharu, serta tidak menyangka bisa mewakili bangsa menerima kembali tongkat pusaka Pangeran Diponegoro,” demikian disampaikan Anines saat menerima secara resmi Pusaka Pangeran Diponegoro, di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (5/2/2015).
Terlepas dari kepercayaan dan segala hal seputar benda pusaka Pangeran Diponegoro tersebut, keberadaan replika pusaka dalam pernyataan Anies secara terbuka ke publik itu tentu pasti dilakukan dengan kesengajaan. Simbol-simbol seolah menjadi pesan non-verbal yang dimaksudkan untuk tujuan tertentu.
Dalam pernyataannya, Anies mengisyaratkan membentuk organisasi masyarakat (ormas) atau bahkan partai politik (parpol). Wacana itu setelah dirinya gagal maju menjadi calon gubernur di Pilkada 2024.
“Bila untuk mengumpulkan semua semangat perubahan yang sekarang semakin hari semakin terasa besar, dan itu menjadi sebuah kekuatan, diperlukan menjadi gerakan, maka membangun ormas atau membangun partai baru mungkin itu jalan yang akan kami tempuh,” ujar Anies.