BADAN Pusat Statistik (BPS) buka suara mengenai dugaan kebiasaan konsumsi air kemasan menjadi salah satu penyebab kelas menengah RI jatuh miskin. BPS menyebut untuk mengetahui jawaban itu, dibutuhkan analisis lebih jauh mengenai besaran porsi pengeluaran untuk makanan di kelas menengah.
“BPS tentunya harus melihat data konkretnya komoditas apa yang sebenarnya memberikan kontribusi terbesar dari kelompok pengeluaran makanan,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya mengenai kondisi kelas menengah RI, Jumat, (30/8/2024).
Meski demikian, Amalia menyebut konsumsi makanan memang menjadi pengeluaran terbesar untuk kelas menengah maupun calon kelas menengah (AMC). Dia mengatakan proporsi pengeluaran untuk makanan ini mencapai 40% lebih dari total pengeluaran tiap bulan.
Baca Juga:Rapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada PrasangkaPusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus Mpox
“Tadi sekitar 41 koma sekian dari proporsi pengeluaran kelas menengah,” kata dia.
Merujuk pada data BPS, kelompok pengeluaran makanan memang mendominasi pengeluaran para kelas menengah maupun calon kelas menengah. Untuk kelas menengah, 41,57% dari pengeluarannya habis untuk membeli bahan pangan. Sementara calon kelas menengah bahkan 55,21%. Sayangnya data BPS itu tidak merinci komoditas yang paling banyak dibeli oleh dua kelompok ini.
Sebelumnya, ekonom senior Bambang Brodjonegoro mengatakan turunnya tingkat ekonomi kelas menengah di Indonesia tidak hanya terjadi karena pandemi Covid-19 dan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Dia mengatakan tekanan ekonomi warga kelas menengah juga muncul akibat kebiasaan sehari-hari seperti kebutuhan terhadap air kemasan, seperti galon.
“Selama ini secara tidak sadar itu sudah menggerus income kita secara lumayan dengan style kita yang mengandalkan semua kepada air galon, air botol dan segala macamnya,” kata Bambang.
Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan kebiasaan mengkonsumsi air dalam kemasan tidak terjadi di semua negara. Di negara maju misalnya, warga kelas menengah terbiasa menenggak air minum yang disediakan pemerintah di tempat-tempat umum. Dengan adanya fasilitas air minum massal itu, masyarakat negara maju tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minum.
“Daya beli kelas menengahnya aman karena untuk air pun mereka tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak,” kata dia. (*)