“Penindasan adalah hasil dari ketidakadilan yang berakar pada struktur sosial. Orang tertindas, yang terperangkap dalam kenyataan itu, sering kali bermimpi untuk menjadi seperti penindasnya. Mereka terjebak dalam ilusi bahwa kebebasan adalah memiliki kuasa seperti mereka yang menindas.” – Paulo Freire
KALIMAT tajam ini mengawali salah satu pemikiran kritis Paulo Freire dalam Pendidikan Kaum Tertindas. Pernyataan tersebut merujuk pada bagaimana masyarakat yang tertindas sering kali mengagumi, bahkan meniru perilaku penindasnya karena terjebak dalam sistem yang melanggengkan penindasan. Freire menekankan pentingnya membebaskan diri dari pola pikir yang terperangkap dalam siklus ketidakadilan ini melalui pendidikan yang memerdekakan dan memberdayakan.
Menurut Paulo Freire dalam Pendidikan Kaum Tertindas, terdapat beberapa ciri utama yang membedakan orang tertindas dan orang merdeka. Berikut penjelasannya:
Ciri-Ciri Orang Tertindas Menurut Paulo Freire
Baca Juga:Rapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada PrasangkaPusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus Mpox
- Kesadaran Magis. Orang tertindas cenderung memiliki kesadaran magis, yaitu cara pandang yang pasif dan menerima kondisi yang menindas sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah. Mereka melihat penindasan sebagai bagian dari takdir atau realitas yang tak terelakkan.
- Rasa Takut Mengambil Tindakan. Orang tertindas sering kali takut untuk bertindak melawan penindasan. Mereka merasa tidak berdaya dan takut menghadapi risiko yang datang dari mencoba mengubah situasi, sehingga cenderung memilih untuk tetap diam.
- Mengidolakan Penindas. Sebagaimana dikatakan Freire, orang tertindas sering kali mengidolakan penindasnya. Mereka melihat penindas sebagai model kekuatan dan sukses, dan cenderung meniru atau beraspirasi menjadi seperti mereka, meskipun hal itu berujung pada siklus penindasan yang berkelanjutan.
- Internalisasi Ketidakadilan. Orang tertindas sering kali menginternalisasi ketidakadilan yang mereka alami, menerima perlakuan tidak adil sebagai sesuatu yang “layak” mereka terima. Mereka mengalami alienasi dan tidak memiliki kesadaran kritis untuk mempertanyakan mengapa kondisi tersebut terjadi.
- Kehilangan Identitas Diri. Dalam proses penindasan, orang tertindas cenderung kehilangan rasa identitas dan harga diri. Mereka menjadi pasif dan tidak mampu mengekspresikan diri secara bebas karena dikendalikan oleh kekuatan eksternal yang menindas.
Ciri-Ciri Orang Merdeka Menurut Paulo Freire
- Kesadaran Kritis. Orang yang merdeka memiliki kesadaran kritis (critical consciousness )yang memungkinkan mereka memahami struktur penindasan dan bagaimana mereka dapat terlibat aktif untuk mengubahnya. Kesadaran ini membuat mereka mampu menganalisis realitas sosial secara kritis dan tidak menerima kondisi penindasan begitu saja.
- Kemampuan untuk Bertindak dan Mengubah Situasi. Orang merdeka tidak hanya menyadari situasi yang menindas, tetapi juga memiliki keberanian untuk bertindak melawan penindasan. Mereka percaya bahwa perubahan itu mungkin dan berusaha menciptakan kondisi yang lebih adil dan manusiawi.
- Berpartisipasi dalam Dialog. Orang merdeka percaya pada pentingnya dialog. Bagi Freire, dialog adalah cara utama untuk membangun kesadaran kolektif dan saling pengertian. Orang merdeka memandang komunikasi sebagai alat untuk membebaskan, bukan untuk mendominasi atau mengontrol.
- Menghargai Martabat dan Kemanusiaan Semua Orang. Orang yang benar-benar merdeka menghormati martabat dan kemanusiaan setiap orang. Mereka tidak hanya berusaha membebaskan diri dari penindasan, tetapi juga berkomitmen untuk membebaskan orang lain. Kepemimpinan mereka tidak berorientasi pada kekuasaan, tetapi pada pembebasan bersama.
- Berdaya dan Mandiri. Orang merdeka memiliki kemandirian dalam berpikir dan bertindak. Mereka tidak tergantung pada otoritas eksternal untuk menentukan apa yang benar atau salah, melainkan mengandalkan kesadaran kritis mereka sendiri. Kemandirian ini memberi mereka kekuatan untuk melawan penindasan dan memperjuangkan keadilan.