ABDURRAHMAN Wahid atau dikenal dengan nama Gus Dur merupakan seorang ulama, cendekiawan, dan Presiden Indonesia ke-4. Gus Dur lahir di Jombang pada 7 September 1940. Gus Dur dikenal sebagai sosok yang humanis dan humoris. Banyak orang menyebutnya dengan sebutan Bapak Pluralisme Indonesia karena kebijakan-kebijkannya selama menjadi presiden banyak membela kelompok-kelompok minoritas.
Sejak tahun 1980-an, Gus Dur sudah mulai berkecimpung dalam dunia politik dan pada 1984 ia terpilih menjadi Ketua Umum PBNU dalam Muktamar yang diselenggarakan di Situbondo. Setelah menjadi Ketua Umum PBNU, Gus Dur semakin aktif untuk bergerilya dalam kegiatan politik. Gus Dur juga vokal untuk mengkritik pemerintahan Soeharto yang dinaggapnya terlalu otoriter.
Jiwa politik yang mengalir dalam darah Gus Dur memang tidak bisa dilepaskan dari garis keturunannya yang merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. KH Hasyim Asyari dan KH Wahid Hasyim merupakan kakek dan ayah Gus Dur.
Baca Juga:Rapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada PrasangkaPusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus Mpox
Keduanya merupakan pejuang dan pahlawan nasional. Bahkan, ayah Gus Dur merupakan mantan Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Agama. Sedangkan, kakeknya merupakan seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama.
Diketahui bahwa keluarga besar Presiden Indonesia ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selama ini berada di Jombang, tepatnya di komplek Pesantren Tebuireng. Namun, tidak banyak yang tahu ada juga jejak makam keluarga Gus Dur yang berada di Salatiga, tepatnya di Tingkir. Yakni adanya makam Kiai Abdul Wahid yang merupakan kakek buyut Gus Dur di Tingkir Lor, Tingkir, Salatiga. Dari Kiai Abdul Wahid terlahir keturunan Kiai Asyari, KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahid Hasyim dan selanjutnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Kiai Abdul Wahid sendiri merupakan putra dari Syekh Abdul Halim bin Syekh Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda) bin Syekh Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin Syekh Abdurrohman yang berjuluk Joko Tingkir (Sultan Pajang) bin Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin), dan seterusnya hingga menyambung pada Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘ala Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nama kampung tempat makam Kiai Abdul Wahid berada adalah Desa Tingkir, Salatiga, bernisbat pada nama Joko Tingkir (atau mungkin julukan Joko Tingkirlah yang dinisbatkan pada nama desa ini. Sebab, konon di kampung halaman inilah dulu Joko Tingkir menghabiskan sebagian masa kecilnya. Sementara menurut sejarah, ia lahir di Banyubiru, sekitar 15 km dari kampung Tingkir.