MACHICA Mochtar lega, akhirnya bisa bertemu dengan anaknya, Iqbal Ramadhan, di Polda Metro Jaya. Iqbal Ramadhan akhirnya dipulangkan semalam, setelah ditangkap saat ikut demo menolak revisi UU Pilkada di DPR RI pada Kamis (22/8).
Saat keluar dari Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Iqbal Ramadhan yang didampingi Machica Mochtar dan kuasa hukumnya, mengaku sehat. Iqbal mengatakan hidungnya patah dan kepala bagian belakang masih sakit akibat kena pukulan dan tendangan.
Iqbal Ramadhan mengalami babak belur dan ditahan di Polda Metro Jaya bersama 300 orang lainnya. Jumat (23/8/2024), Iqbal Ramadhan dipulangkan dari Polda Metro Jaya didampingi oleh ibunda, Machica Mochtar, dan kuasa hukumnya.
Baca Juga:Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus MpoxKebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 Ludes
Pria yang merupakan Asisten Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menceritakan kronologi dirinya sampai ditangkap aparat saat ikut demo di DPR RI. Iqbal Ramadhan mengaku sedang menolong teman yang dia sebut mendapat tindak kekerasan dari aparat.
“Awalnya aku melihat gerbang jatuh, banyak (pendemo) yang masuk ke dalam. Ada satu oranglah diseret oleh pihak aparat. Aku teringat di 2019 pas masih jadi ketua jadi BEM di Al Azhar, kawan mengalami koma, kepalanya pecah, dan pas demo reformasi korupsi. Karena ketakutan itu, aku masuk untuk memastikan itu temanku apa bukan. Benar, itu temanku,” cerita Iqbal di Polda Metro Jaya, semalam.
Niat menolong dan membantu teman membuat Iqbal Ramadhan justru juga mengalami tindak kekerasan. Iqbal yang sudah berada di area gedung DPR RI diminta keluar.
“Jadinya aku sempat disuruh keluar dari area gedung DPR MPR itu. Saya masuk lagi, (oknum tanya) ‘Mau ngapain?’ Saya bilang, ‘Saya mau dampingi teman saya.’ Tidak lama ada kekerasan yang saya alami,” aku Iqbal.
Mengalami patah pada bagian hidung dan beberapa luka lainnya, anak Machica Mochtar itu mengaku tidak kapok. Dia justru merasa bangga bisa menyuarakan keinginan rakyat Indonesia.
“Nggak (kapok) sih, tentu tidak. Soalnya kita punya harapan agar Indonesia lebih baik, demokrasi lebih baik, dan ini pengalaman menarik bagi saya,” kata Iqbal Ramadhan.
“Saya jadi mengetahui bagaimana rakyat miskin, rakyat yang tidak memiliki akses bantuan hukum, kita merasakan. Saya jadi tahu intimidasi dan kekerasan yang terjadi bagi mereka-mereka yang minim pengetahuan tentang haknya,” tegasnya.