Selain publik yang tidak kagetan dan heboh saat merespons informasi mengenai potensi bencana, tambahnya, faktor yang penting adalah transparansi.
“Tidak ada pengingkaran dan selalu belajar. Pengingkaran misalnya, karena, misalnya kita dipanggil Polda, lalu kami mengingkari, ‘Nggak kok, nggak ada megathrust. Itu Hoax’. Nah ini pengingkaran,” sebut Dwikorita.
“Kami kan belajar dari Jepang. Kami katakan memang ada. Tapi kan kami tujuannya bukan untuk kecemasan, ketakutan. Tapi, mari kita sempurnakan mitigasi kita. Dan tekad kuat mewujudkan mitigasi yang konkret. Sadar dengan keyakinan kuat bahwa mitigasi akan menyelamatkan kita,” tegasnya.
Baca Juga:Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus MpoxKebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 Ludes
Dwikorita pun mengingatkan, wilayah Indonesia memang kawasan rawan gempa kuat dan tsunami akibat banyaknya sumber gempa.
“Sumbernya itu tidak hanya megathrust. Jangan dilupakan. Kita sibuk megathrust, patahan yang ada di darat, di bawah kaki kita. Yang ada di Sumatra, di Jawa, di Sulawesi. Patahan-patahan ini juga berbahaya meski magnitudonya tidak mega, hanya 5 koma sekian, faktanya rumah pada roboh. Karena rumah belum standar tahan gempa,” cetusnya.
“BMKG mengkoordinasikan gerakan memetakan patahan aktif, bersama BRIN, perguruan tinggi, yang belum terpetakan,” ujarnya.
Informasi potensi gempa megathrust, lanjutnya, bukan prediksi atau peringatan dini. Karena itu, dia mengimbau agar tidak dimaknai keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat.
“Kami belum bisa memprediksi gempa, mau megathrust, minithrust. Kami sudah mulai tapi akurasinya belum sehingga tidak kami terapkan. Masyarakat diimbau untuk tetap beraktivitas seperti biasa,” kata Dwikorita.
“Informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa. Potensi Gempa dan Tsunami akan selalu ada dan kapan terjadinya tidak dapat diprediksi, sehingga upaya mitigasi tetap harus terus disiapkan,” pungkasnya. (*)