“Suka-suka presiden soal reshuffle. Tak ada yang bisa menolak dan menghentikan. [Namun] reshuffle kali ini lebih kentara aroma politisnya ketimbang urusan kinerja. Karena waktu 2,5 bulan tak bisa bicara banyak soal kinerja,” kata dia.
Menurutnya, masyarakat Indonesia yang diuntungkan dengan reshuffle saat ini hanyalah Prabowo dan kroninya. Karena dari mereka jugalah yang mengisi kekosongan kursi kabinet saat proses reshuffle terjadi.
“Selain menteri, ada wamen dan kepala badan yang juga diisi orangnya Jokowi dan Prabowo, menjadi penebal konsolidasi kekuasaan menuju peralihan kekuasaan. Yang diuntungkan tentu orang dekat Presiden Jokowi dan Prabowo yang ditunjuk jadi menteri,” kata dia.
Baca Juga:Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus MpoxKebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 Ludes
Sementara Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan bahwa selama masa kerja singkat yang kurang dari dua bulan, para menteri baru bertugas menyinkronkan transisi pemerintahan dari Kabinet Indonesia Maju menuju pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Ya, saya rasa dalam dua bulan ini kita maksimalkan agar dapat efektif dan efisien dalam melakukan sinkronisasi yang kita perlukan,” katanya.
Dia membantah sejumlah kritik yang disampaikan bahwa pelantikan para menteri di akhir masa pemerintahan Jokowi adalah hal yang politis. Dia menegaskan bahwa pelantikan itu demi percepatan pembangunan Indonesia di masa depan.
“Ada percepatan untuk lancarnya sinkronisasi untuk menyongsong [era] baru ke depan,” kata dia. (*)