Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra merupakan pecahan dari Mataram Kuno. Dinasti Sanjaya merupakan kerajaan Hindu yang memimpin di wilayah Jateng bagian utara, sedangkan Syailendra beraliran Buddha yang memimpin di Jateng bagian selatan.
Menurut Armosudiro, dkk. asumsi ini berdasarkan temuan dua prasasti peninggalan Syailendra dan Sanjaya di wilayah Jateng. Prasasti pertama adalah prasasti Kalasan yang merupakan peninggalan Wangsa Sanjaya tertanggal tahun 778 M.
Sedangkan, di wilayah Jateng juga ditemukan beberap Prasasti yang menyebut nama raja-raja keturunan Syailendra, seperti prasasti Abhayagiriwihara 792 M, prasasti Kelurak 782 M, hingga prasasti Kayumwungan 824 M.
Baca Juga:Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus MpoxKebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 Ludes
Sementara itu, asumsi kedua diungkapkan oleh sejarawan Boechari. Ia percaya bahwa dinasti yang menempati Provinsi Jateng hanya dinasti Syailendra. Hal ini merujuk temuan candi-candi di wilayah Jateng dipengaruhi kebudayaan Buddha.
Sejarah Provinsi Jawa Tengah masa Kerajaan Islam
Setelah masa Hindu-Buddha, wilayah Jawa Tengah mulai dipengaruhi kebudayaan Islam. Masuknya Islam di Jateng diduga berlangsung bersamaan dengan berdirinya Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.
Adapun pusat Kesultanan Demak terletak di daerah Bintara, yang ada di muara Sungai Demak. Raja pertama Kesultanan Demak bernama Reden Patah.
Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Islam berkembang pesat di tanah Jawa karena menjadi tempat dakwah para Wali Songo. Pada masa kejayaan Kesultanan Demak, wilayah Jawa Tengah unggul dari sektor perdagangan.
Kesultanan Demak berhasil menguasai Bergota, sebuah pelabuhan milik kerajaan Mataran Kuno yang berada di antara Demak dan Jepara. Melalui pelabuhan ini, aktivitas ekspor impor wilayah Jateng berkembang pesat.
Hal ini turut menarik minat Portugis untuk membuka aktivitas perdagangan di wilayah Malaka, termasuk Demak. Sayangnya, kedatangan Portugis justru diiringi dengan perang yang menewaskan Pati Unus, alias Pangeran Sabrang Lor.
Kesultanan Demak juga runtuh akibat intrik politik yang melibatkan para petingginya sehingga terjadi pemberontakan antar internal kerajaan.
Baca Juga:BPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan NilainyaDemonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah Korban
Bukti bahwa masa Kerajaan Islam pernah mendiami wilayah Jawa Tengah dapat terlihat dari arsitektur bangunan kuno dan berdirinya banyak masjid di wilayah tersebut.
Sejarah Provinsi Jawa Tengah masa penjajahan