FEDERASI Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada Jumat, 16 Agustus 2024, memastikan akan bertindak menyusul naiknya kasus mpox di seluruh Afrika atau cacar monyet.
“IFRC berada di garis depan dalam menangani wabah mpox di Afrika, dengan pengalaman luas dalam menangani wabah penyakit sebelumnya, seperti Ebola dan COVID-19,” kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan.
Pekan ini, WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan kontinental.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
IFRC dengan jaringan luas yang terdiri lebih dari 4 juta sukarelawan dan 14 ribu staf di seluruh benua menyatakan memberikan dukungan penting kepada pemerintah, termasuk pengawasan berbasis masyarakat, komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat, serta layanan kesehatan mental.
“Lonjakan yang tinggi atas kasus mpox di Afrika sangat mengkhawatirkan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Ini bukan hanya kasus lokal; ini telah menjadi ancaman bagi benua yang memerlukan aksi segera dan terkoordinasi,” ujar Direktur Regional IFRC Mohammed Omer Mukhier melalui pernyataannya.
Menurut Mukhier, IFRC sejak tahun lalu telah bekerja sama dengan tim lokal di Republik Demokratik Kongo dalam mendukung masyarakat yang terdampak mpox.
Namun saat ini lebih banyak yang harus dilakukan, melalui kerja sama erat dengan Kementerian Kesehatan yang dimobilisasi, seiring dengan perkembangan dan meluasnya situasi secara cepat di seluruh benua tersebut, lanjut Mukhier.
Menurut data terbaru CDC Afrika, 17.541 kasus mpox telah dilaporkan di 12 negara di benua itu pada 2024 termasuk dengan 517 kematian. Epidemi ini telah dilaporkan di Afrika Selatan, Kenya, Rwanda, Uganda dan Republik Demokratik Kongo. Negara lain yang melaporkan kasus tersebut adalah Burundi, Republik Afrika Tengah, Kongo Brazzaville, Kamerun dan Nigeria. Virus ini juga telah terdeteksi di Pantai Gading dan Liberia.
CDC Afrika mengatakan jumlah ini meningkat 160 persen pada akhir Juli, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kongo melaporkan jumlah kasus tertinggi, terhitung 96 persen dari seluruh kasus yang dilaporkan dan 97 persen kematian.