BUAT Presiden Jokowi, ritual HUT RI di IKN dijadikan landmark akhir kepemimpinan sebagai Presiden RI. Dipatenkan sebagai simbol legitimasi politik, menjadi pencapaian pembangunan ekonomi Indonesiasentris. HUT RI di IKN juga bisa dipahami sebagai atraksi sebuah pergelaran transaksi ekonomi dan politk yang dipersembahkan untuk para sahabat, keluarga dan juga pengusaha yang sudah memberikan kontribusi besar bagi kepemimpinan dan keberlangsungan Jokowi menjabat 2 kali sebagai Presiden RI.
Bagi Jokowi akan merasa puas dan bangga untuk pertama kalinya peringatan HUT RI digelar di IKN Nusantara. Jokowi telah sukses melampiaskan ambisi dan juga merealisasikan mimpinya agar bisa menggelar Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi di IKN. Dengan berbusana adat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara peringatan HUT RI di Istana Garuda IKN.
Kemerdekaan Palsu
Dibalik mengagumi IKN dan perayaan HUT RI ke-79, kesemuanya terasa bergetar, bergemuruh dan meledakkan rasa nasionalis, perwujudan. Menjadi entitas kesadaran baik secara pribadi atau pun kolektif bagian pemilik bangsa. Namun demikian, kesemua asa dan rasa adalah palsu, dikubur oleh kuatnya pencitraan serta pengkondisian secara menyeluruh. Bangsa ini sudah final terbukti dalam kungkungan, cengkraman dan juga hanya dikendalikan oleh secuel individu berkuasa dan berpengaruh.
Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya
Kiamat Kemerdekaan Indonesia sedang terjadi dan akan terus berlanjut. Masyarakat tidak merdeka secara utuh atau sempurna. Nyaris sekali jika hamparan masalah dan problematika melekat dalam sendi-sendi kehidupan hari yang prinsipal hingga penyerta. Seolah-olah rakyat harus memborong dan dipaksakan menerika keadaan buruk yang sedang menyelimuti masyarakat Indonesia dari Sabang ke Maraoke.
Gelap-gulita Bangsa Ini
Di hari Kemerdekaan ke-79 adalah bukti sejarah sangat kelam dan suram, bagaimana bangsa Indonesia sedang merayakan kemerdekaannya di tengah titik nadir kegagalan dan keputusasaan sedang meledak. Baik rakyat dan pejabatnya sedang terjerembab dan sedang melakukan praktek-praktek kejahatan moral dan etika.
Produk pemilu baik legislatif dan eksekutif berakhir pada keputusan politik bersama yang menjerumuskan, keluar dari koridor cita-cita Reformasi. Kesepakatan dan justifikasi mengakibatkan produk kabijakan dan implementasi biaa dan timpang. Hanya akan mengakomodir siapa menjadi tuan dan pemodalnya. Oleh karenakan yang didapatkan adalah sebuah kemerdekaan untuk bersekongkol, berbagi peran dan akhirnya jatuh dalam kemiskinan kemerdekaan sesungguhnya.